Tanggapi Kampanye Daring #MeToo, Para Pria Unggah #HowIWillChange
Di saat ribuan perempuan berbagi cerita tentang pelecehan seksual secara daring menggunakan tanda pagar #MeToo (saya juga), ratusan pria ternyata berjanji untuk membantu kampanye itu dengan menggunakan tanda pagar mereka sendiri.
Kampanye daring #HowIWillChange dimulai Selasa (17/10/2017) malam, dengan penulis yang berbasis di Sydney -yakni Benjamin Law -meminta para pria untuk berbagi cara mereka membantu mengatasi budaya pelecehan seksual.
“Teman-teman, sekarang giliran kita,” tulisnya di Twitter.
“Setelah cerita #MeToo yang tak ada habisnya tentang perempuan yang disiksa, diserang dan dilecehkan, hari ini kita mengatakan #HowIWillChange.”
Kampanye daring #MeToo sendiri dimulai pada akhir pekan lalu dan dengan cepat menarik ribuan perempuan untuk berbagi cerita pribadi mereka tentang pelecehan atau penyerangan seksual.
Tapi di saat kampanye ini mendapat perhatian luas, beberapa orang mempertanyakan gerakan tersebut karena menempatkan tanggung jawab untuk menyebarkan kesadaran pada korban, dan menyerukan tanda pagar berbeda bagi para pelaku untuk bertanggung jawab.
“Peristiwa kemarin mengejutkan saya bahwa jika setiap perempuan yang kita kenal mengalaminya, maka setiap pria yang kita kenal telah melakukan sesuatu atau menutupi perilaku temannya,” kata Law.
Sejauh ini, lebih dari 500 postingan menggunakan tanda pagar #HowIWillChange telah dibuat, dengan sejumlah janji mulai dari “mendengarkan lebih banyak, berbicara lebih sedikit” hingga “mengajarkan tiga cucu saya bagaimana caranya menghormati dan menghargai perempuan”.
Tapi kampanye #HowIWillChange juga memiliki pencela, dengan beberapa pengguna Twitter mempertanyakan mengapa pria yang secara pribadi tak menyerang siapapun perlu berubah.
“Jika Anda tak pernah melecehkan orang lain, untuk apa sebenarnya Anda merasa bersalah? Cukup muak dengan kampanye bodoh ini,” kata seorang pengguna.
Diskusi yang meluas tentang pelecehan seksual terjadi setelah investigasi media New York Times dan New Yorker mengungkap dugaan pelecehan seksual yang dilakukan produser film Hollywood, Harvey Weinstein.
Banyak cerita yang melibatkan Weinstein mengundang aktris muda ke kamar hotelnya untuk mendiskusikan bisnis, lalu meminta dipijat atau memulai tindakan seksual.
Pengungkapan tersebut menyebabkan para perempuan lain muncul dengan cerita serupa.
“Jika semua perempuan yang telah dilecehkan secara seksual atau diserang menulis ‘Me too’ sebagai sebuah status, kami mungkin menginformasikan masyarakat tentang besarnya masalah ini,” tulis salah satu unggahan pertama.
Di Australia, hampir satu dari lima keluhan yang diajukan ke Komisi Hak Asasi Manusia Australia berkaitan dengan pelecehan seksual, dan sebagian besar insiden yang dilaporkan terjadi di tempat kerja.
Sebuah survei penting yang diterbitkan komisi tersebut awal tahun ini menemukan, lebih dari separuh mahasiswa universitas dilecehkan secara seksual, setidaknya satu kali selama tahun lalu.