Seniman Mata Australia Mengubah Hidup Banyak Orang
Sejak kecil, Jenny Geelen sudah terbiasa melihat meja di dapurnya dipenuhi sejumlah bola mata, karena pekerjaan ibunya.
Jenny yang mengikuti jejak ibunya, boleh jadi bangga karena menjadi satu dari sedikit spesialis di Australia yang membuat mata buatan dari arkilik dan telah mengubah banyak kehidupan.
Jenny mengakui profesinya tidak terlalu jelas, tetapi terus berlanjut sebagai sebuah bisnis keluarga.
Ibunya memulai klinik di kota Perth, dan Jenny, bersama adiknya, Paul dan anak perempuannya, Emily mengikuti jejak ibunya tersebut.
Tidak ada gelar yang tersedia untuk okularis, atau pembuat portesa mata bagi mereka yang kehilangan bola mata. Pelatihannya hanya tersedia selama empat tahun magang. Tapi perbedaan yang bisa mereka untuk kehidupan sunggulah besar.
‘Mata tak pernah menahan Anda’
Hayley Moore, usia dua belas tahun, lahir sebagian buta dengan mata yang kurang berkembang, atau istilahnya microphthalmia. Ia menemui Jenny untuk mendapatkan mata palsu, sejak usianya tiga tahun.
Hayley mengatakan jarang ia mendapat ejekan soal mata palsunya, sebagian besar teman sekelasnya melihatnya seperti mata biasa.
Sekarang, bersama dengan Jenny, Hayley mendirikan kelompok pemberi dukungan di sekolahnya bagi anak-anak muda lain yang hidup dengan mata buatan.
“Ini mendorong orang-orang seusia saya untuk melakukan apa yang ingin Anda lakukan, dan tidak ada yang menahan Anda,” katanya.
“Jika mereka memiliki mata seperti saya, Anda tidak pernah takut untuk pergi keluar dan melakukan hal-hal yang menakjubkan, karena mata tidak menahan Anda [untuk melakukan apapun].”
Seperti apakah pekerjaan sebagai okularis? Anda bisa menontonnya disini.
‘Pasokan mata yang sudah lama’
Sekarang, Jenny akan melatih sejumlah orang untuk keterampilan ini, dimana merupakan hal yang sangat dibutuhkan.
Filipe Soares, okularis pertama dari Timor Leste, adalah salah satu yang pertama mendapatkan keuntungan, di sebuah negara yang seringkali pasien mendapat mata palsu yang murah.
Ia mengatakan sebelum memulai menjalankan kliniknya di Dili, orang tak punya pilihan selain memiliki mata palsu yang diproduksi secara massal.
“Mereka memiliki sejumlah kotak-kotak dari pasokan mata yang sudah lama, mereka hanya mengeluarkannya dari satu kotak dan melihat mana yang sesuai,” katanya.
Filipe mengatakan ketika pertama kali mulai membuat mata palsu, ia tak terlalu percaya diri, tapi ia bertahan dan kini memiliki antrian pasien yang ingin mengucapkan terima kasih.
“Saya mencoba melakukannya dengan baik karena tidak ada orang lain yang bisa melakukannya,” katanya. “Jadi, saya percaya pada diri saya dan mengatakan pada diri sendiri, saya bisa melakukannya dan sekarang saya merasa percaya diri.”
Timor-Leste sekarang menikmati bola mata bermutu tinggi untuk pertama kalinya, Jenny pun sudah melihat lebih jauh ke kawasan lain yang membutuhkannya.”
“Sekarang Felipe mengawasinya, saya harus memperluas cakrawala saya dengan mungkin membuatnya di Rwanda, Papua Nugini, atau Nepal,” katanya.
Diterbitkan pada 24/08/2017 pukul 16:00 AEST. Simak laporannya dalam bahasa Inggris disini.