Australia Terbuka Ikuti Jejak AS Tambah Pasukan ke Afghanistan
Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull telah mengisyaratkan Pemerintahannya bisa saja mengirim lebih banyak tentara ke Afghanistan, jika pemerintahan Donald Trump meminta Australia untuk meningkatkan komitmennya terhadap konflik tersebut.
Pada hari Selasa (22/8/2017l, Presiden AS Donald Trump meninggalkan janji kampanyenya untuk menarik diri dari Afghanistan – sebaliknya Donald Trump justru menyatakan bahwa dia akan meningkatkan jumlah pasukan AS di negara yang dilanda perang tersebut.
Presiden Trump juga menegaskan bahwa AS akan meminta sekutu mereka untuk meningkatkan jumlah tentara yang mereka kirim dalam perang tersebut.
Menanggapi seruan ini, Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull mengatakan bahwa pemerintahan Trump belum meminta Australia untuk mengirim pasukan tambahan atau mengerahkan lebih banyak sumber daya, namun dia berjanji untuk “berkonsultasi secara seksama” dengan AS mengenai masalah ini.
“Hasil dari konsultasi tersebut memang bisa menyebabkan adanya penambahan sumber daya yang dikirim ke Afghanistan, tapi saya tidak ingin berspekulasi mengenai hal itu,” kata PM Turnbull.
Perdana Menteri juga memuji pernyataan Presiden Donald Trump bahwa AS tidak akan mengizinkan kelompok teroris seperti Al Qaeda dan Negara Islam ISIS untuk memperkuat basisnya di Afghanistan.
“Apa yang Presiden lakukan adalah menunjukkan tekad untuk memastikan teroris di Afghanistan tak bisa menghimpun kekuatan kembali dan sekali lagi – seperti yang dia katakan dalam pidatonya – mengancam kita dari Afghanistan,” katanya.
Pasukan koalisi hingga sekarang telah menghabiskan waktu selama 16 tahun berperang di Afghanistan.
Presiden Donald Trump tidak merinci bagaimana dia akan meningkatkan upaya perang AS, namun sejumlah pejabat mengatakan bahwa Presiden Trump telah menandatangani sebuah rencana untuk mengirimkan sekitar 4.000 lebih tentara AS ke negara tersebut.
Dan pada hari Rabu (23/8/2017l, PM Turnbull memperingatkan bahwa belum ada akhir yang terlihat dalam konflik tersebut.
“Saya tidak akan berspekulasi mengenai sumber daya tambahan yang akan ditanggung Australia, tapi mengenai batas waktu – komitmen pasukan Koalisi untuk Afghanistan – anda harus berharap komitmen itu akan berlangsung sangat lama, sebagaimana sudah berlangsung selama ini.”
Awal tahun ini, Australia setuju untuk mengirim 30 orang tentara lagi ke misi pelatihan di Afghanistan, sehingga jumlah total tentara Australia yang dikirimkan ke negara itu menjadi 300 orang.
Pihak Oposisi Australia tidak menolak usulan penambahan pasukan, namun pada hari Selasa (22/8/2017), pemimpin Partai Buruh, Bill Shorten mengatakan bahwa dirinya tidak akan menuruti begitu saja seruan Donald Trump.
Dan pada hari Rabu (23/8/2017), anggota Parlemen dari Partai Buruh, Tanya Plibersek mengatakan bahwa Australia harus menimbang dengan “sangat hati-hati” permintaan untuk mengirim lebih banyak tentara.
Sementara itu, Senator Partai Hijau, Peter Whish-Wilson menuduh Donald Trump mengumumkan desakan penambahan pasukan ke Afghanistan untuk menopang dukungan politik dalam negeri.
“Trump tampaknya tidak memiliki rencana yang berbeda dengan rencana sebelumnya yang belum berjalan. Ini adalah pendekatan militer besar tanpa tenggat waktu dan tidak memiliki ukuran keberhasilan yang jelas,” kata Senator Whish-Wilson.
“Australia harus mempertanyakan kepemimpinan Trump dan strateginya sebelum membuat keputusan untuk memperpanjang atau meningkatkan keterlibatan kita dalam perang ini.”
Diterjemahkan pada 23/8/2017 oleh Iffah Nur Arifah. Simak beritanya dalam Bahasa Inggris disini.