PBB Diminta Melarang Robot Pembunuh
Sekitar 100 tokoh di dunia teknologi telah meminta PBB untuk melarang penggunaan ‘robot pembunuh’ karena dikhawatirkan robot ini bisa digunakan oeh teroris untuk melakukan aksi mereka.
Para pemimpin bisnis dari 24 negara menyatakan teknologi bagi pengembangan senjata mematikan yang menggunakan robot ini sedang dikembangkan dan bisa mengancam keamanan dunia.
Mereka menandatangani surat terbuka yang ditujukan kepada PBB, yang disampaikan dalam konprensi mengenai Artificial Intelligence di Melbourne hari Senin (21/8/2017).
“Senjata mematikan yang bisa bergerak sendiri ini berpotensi menjadi revolusi ketiga dalam perang senjata,” demikian dikutip dalam surat tersebut.
“Bila sudah dikembangkan, senjata ini memungkinkan konflik bersenjata dilangsungkan dalam skala yang lebih besar dari sekarang, dan rentang waktu sangat cepat dibandingkan yang bisa dihadapi manusia.”
“Ini bisa menjadi senjata untuk melakukan teror, senjata yang bisa digunakan pemimpin keji, atau digunakan teroris terhadap warga yang tidak bersalah, dan senjata diubah untuk berperilaku tidak semestinya.”
"Kita tidak memiliki waktu yang panjang untuk beraksi. Ketika kotak Pandora ini dibuka, maka akan sulit untuk menutupnya."
Professor Toby Walsh, seorang pakar mengenai artificial intelligence (AI) dari University of New South Wales, Sydney, mengatakan bahwa kalangan di dunia industri teknologi khawatir bahwa senjata berbentuk robot ini sudah dibuat untuk digunakan di darat, laut dan udara.
“Mereka akan membuat tatatan dunia sekarang ini menjadi tidak stabil,” katanya..
“Sekarang tergantung bagaimana kita mendefiniskan senjata robot in, untuk mengatakan sudah berapa dekatnya dengan kenyataan. Kita malah bisa mengatakan bahwa ini sudah ada.”
“Tetapi yang jelas dalam beberapa tahun atau paling tidak 10 tahun lagi, dan sekarang ini sudah ada prototipenya di medan pertempuran manapun.”
Professor Walsh mengatakan ini adalah pertama kalinya perusahaan pembuat robot dan AI berbicara mengenai masalah tersebut.
Mereka ingin PBB membuat traktat untuk melarang senjata model ini, katanya.
“Sekarang ini ada perlombaan senjata yang terjadi dengan teknologi ini,” katanya.
“Kita sudah melihat awal dari semua ini dan PBB harus bertindak segera.”
Stuart Russell, Profesor di bidang ilmu komputer di University of California Berkeley dari Amerika Serikat mengatakan senjata yang bergerak sendiri (autonomous weapons) bisa dibuat menggunakan teknologi robot yang sudah ada sekarang ini.
“Sebagai contoh, chips yang digunakan dalam mobil tanpa sopir, dasar teknologi sama yang bisa digunakan untuk senjata yang bergerak sendiri karena senjata itu harus bisa melakukan navigasi, harus menghindari rintangan, dan harus bisa mendeteksi manusia,” katanya.
“Dengan mobil tanpa sopir, kita mendeteksi manusia sehingga mobil tersebut tidak menabrak mereka, namun dengan senjata yang bergerak sendiri, kita mendeteksi manusia, untuk membunuh mereka.”
PBB sudah membentuk kelompok pakar dari berbagai negara guna mengkaji sistem senjata robot yang mematikan tersebut.
Diterjemahkan pukul 13:48 AEST 21/8/2017 oleh Sastra Wijaya dan simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini