ABC

Anak-anak Perempuan Isi Liburan dengan Belajar Menerbangkan Drone

Jika liburan sekolah biasanya diisi dengan bermain di jalanan, kini sekitar 50 anak perempuan dari Darwin, Northern Territory, mengisinya dengan belajar menerbangkan drone.

Murid usia antara 10 dan 17 tahun ini ambil bagian dalam ‘She Flies Drone Camps’, kegiatan perkemahan dimana mereka belajar menerbangkan dan memprogram pesawat tanpa awak.

Tapi, menurut Karen Joyce dari lembaga ‘She Flies’, perkemahan ini lebih dari itu.

“Apa yang kami lakukan di sini pekan ini sebenarnya bukan tentang drone,” katanya.

Dr Karen Joyce
Dr Karen Joyce sering menggunakan pesawat tanpa awak untuk melakukan pemetaan dan survey di Great Barrier Reef.

ABC Far North: Mark Rigby

“Fakta bahwa orang senang menerbangkan drone sekadar membantu, sekadar kendaraan yang kita gunakan untuk menyampaikan misi ini,” tambahnya.

Dr Joyce sehari-harinya merupakan dosen senior di James Cook University di Cairns, Queensland. Satu dari sedikit akademisi wanita di bidangnya.

“Hanya sekitar 16 persen lulusan sains dan teknologi di Australia adalah perempuan,” kata Dr Joyce.

Dia dan rekan-rekannya memperkirakan hanya sekitar 1 persen pilot pesawat tanpa awak profesional Australia adalah perempuan.

“Penting bagi anak perempuan, dan anak laki-laki juga, untuk terlibat dalam sains dan teknologi karena itulah yang akan mendorong ekonomi masa depan Australia,” ujarnya.

Keren

Peserta Perkemahan Drone, Jacqueline Luntungan, Jordan Jones dan Peggy Tom semuanya memiliki cita-cita berbeda. Namun mereka semua ingin terlibat di bidang sains, teknologi dan matematikan (STEM) dengan cara apapun.

Peggy (16) mengatakan memiliki minat khusus dalam matematika dan coding program drone ini merupakan bagian yang menyenangkan dari perkemahan tersebut.

“Sebenarnya sangat sulit pada awalnya karena saya tidak tahu apa-apa tentang coding,” katanya. “Tapi begitu saya memahaminya, sebenarnya sangat menyenangkan.”

Full focus, full controlFokus dan penuh kontrol
Menerbangkan drone membutuhkan perhatian penuh dari pilot dan kerjasama antara anggota tim.

ABC Radio Darwin: Mark Rigby

Perkembahan itu membuka mata Jordan yang berusia 15 tahun, yang tidak pernah menyadari banyaknya profesi yang menggunakan pesawat tanpa awak.

“Mempelajari seberapa jauh mereka bisa menggunakan teknologi drone adalah hal yang keren,” katanya.

Jacqueline (14) berharap dapat berbuat sesuatu terhadap ketidakseimbangan gender di kalangan profesional sains dan teknologi di Australia dan seluruh dunia.

“Seksisme ini telah menurun tapi masih berlangsung. Pelajaran seperti sains, teknologi dan matematika ini penting karena mengajarkan kita dasar-dasarnya,” jelasnya.

“Kita harus tahu dasar-dasar itu untuk mengejar pekerjaan di masa depan,” tambahnya.

Pertemanan

Dr Joyce mengatakan selain mendorong wanita muda terlibat dalam mata pelajaran dan berkarir di bidang sains, teknologi dan matematika, perkemahan ini juga mengajarkan pelajaran mengenai hidup bagi pesertanya.

“Salah satu aspek favorit saat ini adalah melihat gadis-gadis itu bekerja sama dan belajar bekerja dalam tim,” katanya.

“Mereka perlu mengatasi masalah yang muncul dalam tim dan masuk dalam resolusi konflik.”

Menerbangkan drone
Pelatihan menerbangkan drone yang diselenggarakan organisasi 'She Flies' di Darwin ini mengajarkan anak-anak perempuan bagaimana cara menerbangkan drone agar aman berkeliling di sekitar orang.

ABC Radio Darwin: Mark Rigby

Terkait insiden drone baru-baru ini, Dr Joyce mengatakan, pelatihan tersebut mengajarkan bagaimana mengoperasikan pesawat tanpa awak dengan aman.

“Mereka masih baru, tapi semakin kita masuk ke teknologi ini semakin menjadi sesuatu yang biasa,” jelasnya.

“Gampang untuk membeli drone dari toko. Jika anak-anak perempuan ini melakukannya, kami ingin memastikan mereka tahu bagaimana cara menggunakannya dengan aman,” katanya.

Diterjemahkan 13/7/2017 oleh Iffah Nur Arifah. Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.