Dapatkah Musik Menciptakan Perdamaian Dunia?
Sebuah penelitian menemukan bahwa mendengarkan musik dari budaya lain membuat Anda lebih menghargai keberagaman dan melihat kolaborasi berbagai budaya bisa mengurangi prasangka.
Penelitian itu menunjukkan sebaiknya kita tidak mendengarkan nada lagu yang sama berulang kali.
“Musik pada umumnya memiliki peran penting dalam masyarakat, menjadi hal yang indah untuk didengarkan: dapat mengubah sikap kita soal hal-hal penting, seperti keberagaman,” ujar Profesor Jake Harwood, peneliti utama dari Universitas Arizona, kepada Program Hack di radio Triple J milik ABC.
‘Sesuatu yang menjual’
Penelitian ini telah mendorong seruan agar lebih banyak musik dari beragam budaya di gelombang radio.
“Hampir di seluruh radio komersial, kita mendengarkan lagu-lagu yang telah diprogram oleh direksi musik atau apa yang dianggap menjual, sehingga sering kita tidak tahu musik dari budaya lain,” kata Ngaiire, seniman asal Papua Nugini yang berbasis di Sydney.
Ngaiire mengatakan semua ini tergantung pada individu untuk bersikap lebih terbuka pada apa yang disajikan lewat saluran populer.
“Pada akhirnya, kita sebagai individu dapat mendengarkan musik dan berpikir ‘tadi itu menakjubkan’, juga berpengaruh pada apa yang Anda lakukan keesokan harinya.”
Azmarino dari kelompok hip hop Australia, Diafrix mengatakan ada tantangan untuk mendapatkan lebih banyak musik dari negara lain di radio-radio kebanyakan.
“Apakah industri musik atau pendengar siap untuk itu, ini adalah pertanyaan lain,” katanya.
Berjuang melawan rasisme
Ngaiire setuju jika irama dari beragam budaya dapat mendorong sikap yang lebih toleran.
“Saya memiliki harapan luar biasa bagi musik untuk mengatasi batasan-batasan dan saya yakin sepenuh hati bahwa musik memiliki kekuatan untuk menyatukan orang,” katanya.
Seberapa banyak musik yang dapat dijadikan jembatan untuk memahami budaya adalah rencana yang akan dilakukan oleh peneliti Amerika Serikat.
“Satu hal yang kita minati adalah apakah jika sudah terbiasa mendengar dalam jangka waktu lama akan membawa perubahan tetap dalam sikap seseorang tentang keragaman,” kata Profesor Harwood.
Tim dari University of Arizona juga menemukan tindakan sederhana, seperti mengamati dua orang dari budaya bersama-sama tampil bersama-sama bermusik, dapat mengurangi prasangka yang berbau rasial.
Percobaan dimulai dengan sejumlah berita palsu. Periset menunjukkan peserta AS satu laporan yang menunjukkan warga Amerika dan warga Arab bermain musik bersama, dan laporan lainnya orang-orang yang sama membuat aplikasi bersama.
“Ketika [penonton] melihat laporan dua musisi berkolaborasi, mereka memiliki perasaan lebih positif tentang orang Arab dalam laporan tersebut dan orang Arab pada umumnya, daripada ketika mereka melihat saat kedua orang itu tidak membuat karya musik,” kata Profesor Harwood.
Ia mengatakan kolaborasi musik antar budaya cukup memiliki kekuatan.
“Mereka tampaknya mengubah sikap orang, sehingga mendorong musisi untuk bereksperimen dan berkolaborasi dengan orang dari budaya lain, menjadi hal hebat untuk dilakukan.”
Monopoli musik barat
Dunia musik lebih besar dan lebih menarik di luar sana, dibanding lagu-lagu yang sudah kita dengan paksaan, ujar Stu Buchanan, pembawa acara mingguan di radio Double J, Fat Planet. Program ini menampilkan lagu-lagu dari seluruh dunia.
Ia mengatakan Australia, Inggris dan Amerika Utara menyumbang hanya 6 persen dari populasi dunia, namun menjadi mayoritas apa yang kita dengar.
“Tapi ada lebih banyak lagi yang bisa kita dengar dari 94 persen populasi dunia lainnya, mereka mendengarkan musik setiap hari dari musisi [di negara mereka sendiri], kita tidak pernah mendengar atau membaca tentang mereka, hampir saja tidak terlihat oleh kita, “kata Stu.
Ia menambahkan ada sejumlah musisi terkenal dan dicintai di negara mereka. Misalnya, 98 persen single lagu yang terjual di Jepang berasal dari musisi Jepang.
“Saya pikir ada ketakutan untuk menyelidiki musik dari negara lain, karena dipikir tidak akan terlalu baik, akan terlalu berbeda,” katanya.
“Tapi Anda menemukan banyak kesamaan dari yang Anda duga.”
Stu mengatakan tak dapat dipungkiri saat kita jatuh cinta dengan seorang seniman baru, kita akan terbiasa dengan apa yang dibawanya.
“Ini memaksa saya untuk berpikir dengan cara yang berbeda dan memiliki apresiasi budaya yang berbeda secara lebih luas,” katanya.
Bagaimana seharusnya mengajar musik?
Profesor Harwood mengatakan pendidikan musik di banyak tempat terancam, meskipun sudah ada bukti yang menunjukkan lagu lintas budaya dapat meningkatkan seberapa besar Anda menghargai keragaman, dan kolaborasi musik antara budaya dapat mengurangi prasangka rasial.
“Hal ini dipandang sebagai hal yang anggarannya mudah dihentikan. Jika anggarannya dipotong, Anda menghentikan seni sebelum menghentikan matematika.
“Saya penggemar berat penggabungan unsur-unsur multikultural [pada pendidikan seni]. Saya benar-benar berpikir jika anak-anak sudah mengenal sejak dini soal nilai dan hal-hal yang indah yang dibuat oleh budaya lain, maka akan memberikan efek yang lama dalam kehidupan mereka,” ujarnya.
Terhubung dengan budaya lain
Profesor Harwood, yang juga seorang musisi, mengatakan kemampuan musik untuk mengatasi hambatan komunikasi belum pernah lebih penting dari sebelumnya.
“Ketika kita memiliki iklim politik, setidaknya di Amerika Serikat, di mana isu-isu keragaman tidak dihargai dan saat budaya lain direndahkan, menjadi sangat penting bagi kita untuk mencoba dan melawan dengan cara yang kita bisa,” katanya.
Ia mengatakan secara umum, musik dapat membuat dunia menjadi tempat yang lebih damai.
“Ini membantu kita terhubung dengan orang-orang dari budaya yang berbeda, dan ini memanusiakan orang dari budaya lain,” katanya.
“Secara harfiah, ini memberikan budaya pada orang-orang, kita tidak bisa membuat orang tidak manusiawi atas budaya lain, saat kita melihat mereka memiliki budaya, dan ketika kita berbagi dengan mereka.”
Azmarino dari Diafrix mengatakan dengan memiliki orang dari budaya yang berbeda dalam satu panggung, merupakan tujuan penting lainnya.
“Orang muda bisa mengenali mereka … dan itu membawa identitas bagi mereka,” katanya.
Diterbitkan oleh Erwin Renaldi pada 30/05/2017. Simak artikelnya dalam Bahasa Inggris di sini.