ABC

Ada Peluang Bekerja di Bidang Pembuatan Roti di Australia

Menurut salah seorang baker, pembuat roti yang sudah bekerja di Australia selama beberapa tahun terakhir, Didiet Radityawan, peluang untuk bekerja di bidang pembuatan roti terbuka lebar bagi anak-anak muda yang mau bekerja, termasuk mereka yang datang dari Indonesia menggunakan working holiday visa.

Didiet sekarang adalah head baker, pembuat roti utama di Streat, sebuah bisnis yang juga menjadi lembaga amal di Melbourne membantu mereka yang tidak memiliki rumah berada, setelah sebelumnya bekerja di sebuah perusahaan swasta bernama Cobb Lane.

Dalam perbincangannya dengan wartawan ABC Australia Plus Indonesia, Sastra Wijaya, Didiet mencontohkan dirinya sendiri yang datang ke Australia beberapa tahun lalu setelah mendapat sponsor untuk bekerja di sebuah perusahaan roti di Australia Selatan.

“Australia menurut saya pada dasarnya selalu kekurangan tenaga kerja di bidang makanan, terutama chefs (juru masak) dan bakers (pembuat roti). Tidak hanya di kota-kota besar tapi juga di kawasan regional.” kata Didiet.

“Ya contohnya saya aja, saya tidak mungkin dapat pekerjaan di Australia kalau pemilik Robe Bakery itu tidak kepepet karena sangat susah mencari pekerja asal Australia. Pilihan terakhir mereka adalah mencari orang dari luar negeri.” kata Didiet lagi.

Didiet sebelumya adalah lulusan Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) di Bandung dengan jurusan manajemen patiseri, dan sebelum ke Australia bekerja di sebuah hotel di Abu Dhabi, ketika dia melihat ada peluang untuk bekerja di Australia di tahun 2010.

Didiet Radityawan sudah bekerja di beberapa perusahaan pembuat roti di Australia
Didiet Radityawan sudah bekerja di beberapa perusahaan pembuat roti di Australia.

Foto: Windu Kuntoro

Dalam pengalamannya bekerja sebagai baker selama 7 tahun terakhir, dimulai dari di Australia Selatan dan sekarang pindah ke Melbourne, Didiet mengatakan bahwa banyak perusahaan roti berusaha mencari anak-anak muda untuk bekerja.

“Beberapa bakery memang ada yang membutuhkan bakers yang sudah berpengalaman tapi tidak sedikit juga yang mencari apprentice (orang yang belum berpengalaman sama sekali yang kemudian nanti bisa bekerja di bakery sambil seminggu sekali belajar di sekolah kejuruan ).” katanya.

“Banyak bakery yang lebih senang mempekerjakan apprentice karena apprentice di gaji hanya 50% dari qualified baker (pembuat roti yang sudah selesai sekolah tahun pertama.” tambahnya.

Menurut Didiet lagi, pemerintah negara bagian di Australia juga akan memberikan bantuan keuangan kepada perusahaan-perusahaan yang mau mempekerjakan anak-anak muda yang sedang belajar magang.

“Pilihan lain adalah mempekerjakan junior baker. Mereka ini adalah orang-orang yang baru saja lulus certificate 3 atau 4 di bidang baking atau patisserie dari sekolah kejuruan.” kata Didiet.

Dalam sistem pendidikan di Australia, Certificate 3 atau 4 adalah mereka yang belajar hal-hal kejuruan seperti salon, bangunan, atau makanan, dimana masa belajar akan berlangsung dari 3 bulan sampai 1 tahun, tergantung kepada masing-masing peserta.

Apakah mereka yang datang dari luar Australia misalya menggunakan working holiday visa juga berpeluang bekerja di bidang pembuatan roti ini?

“Pemegang working holiday visa dari negara manapun yang datang ke Australia dengan pengalaman sebagai baker, chef atau pastry chef akan sangat mudah sekali mendapatkan pekerjaan.” kata Didiet berdasarkan pengalaman yang dilihatnya.

“Karena memang seperti di Melbourne ini misalnya, cafe, restoran, toko roti (bakery) dan toko kue (pastry shop) sangat banyak tapi banyak juga dari tempat – tempat itu yang kekurangan tenaga chefs atau baker.” katanya lagi.

Working holiday visa adalah visa khusus yang diberikan kepada warga di luar Australia yang berusia antara 18-30 tahun untuk bekerja selama 1 tahun di Australia sambil berlibur.

Visa ini bisa diperpanjang menjadi dua tahun dengan syarat tertentu.

Lalu mengapa terjadi kekurangan mereka yang mau bekerja di bidang pembuatan roti ini?

Menurut Didiet Radityawan sebenarnya belakangan ini banyak anak muda di Australia belakangan ini yang tertarik mencoba bekerja di dunia kuliner, mungkin terinspirasi dengan lomba memasak populer di televisi seperti MasterChef.

“Tapi setelah mereka mencoba menjadi apprentice (pemagang) selama beberapa bulan di restoran atau cafe yang terkenal dan sibuk, banyak dari mereka yang mengundurkan diri karena memang keadaan di industri tidak se glamour seperti dalam acara televisi.” katanya

Saya mendengar bahwa angka drop out di jurusan cookery, baking & patisserie di sekolah kejuruan (TAFE) termasuk tinggi. Saya ingat salah seorang pemagang yang pernah saya kenal pernah cerita pada waktu dia baru mulai baking apprenticeship ada 20 orang dalam kelasnya di sebuah sekolah di Melbourne. pada tahun ke 3 jumlah yg tersisa hanya 3 orang,”

Dalam pesannya, Didiet mengatakan bahwa kalau anda ingin berkarir di dunia kuliner seperti bakery, modal utama yang harus dimiliki adalah passion about food (kecintaan akan makanan) tanpa itu mustahil bisa bertahan.

“Kalau dari awal sudah memikirkan uang, ya sepertinya ini bukan pilihan yang tepat. Itulah yang membuat profesi ini tidak banyak diminati oleh anak-anak Australia.” katanya.