Temuan Potongan Tubuh Mayang di Brisbane Sempat Dikira Lelucon
Seorang petugas polisi yang pertama kali menanggapi pembunuhan mengerikan di Brisbane -di mana seorang pria memasak potongan tubuh pacarnya sebelum melarikan diri -memberi keterangan di depan tim penyelidikan bahwa awalnya ia menganggap kejadian itu adalah “lelucon gila”.
Chef asal Brisbane, Marcus Volke -yang berusia 27tahun, memotong dan memasak jasad pasangan transgendernya -yakni Mayang Prasetyo, 27 tahun -di apartemen mereka di wilayah Teneriffe, Brisbane, pada bulan Oktober 2014.
Penyidik koroner Queensland, Terry Ryan, melakukan pemeriksaan selama tiga hari terhadap respon polisi dan penyebab kematian pasangan tersebut.
Polisi Liam McWhinney dan rekannya, Bryan Reid, ditugaskan untuk menanggapi pengaduan tersebut setelah manajer kompleks tersebut melapor adanya bau busuk.
Polisi McWhinney mengatakan kepada tim penyelidikan, saat mereka tiba untuk berbicara dengan Volke, tersangka -yang akhirnya bunuh diri ini -pada awalnya kooperatif dan mereka tak menaruh curiga.
Tapi ketika petugas bertanya kepada Volke apakah mereka bisa memeriksa ruang apartemennya, ia mengatakan kepada mereka bahwa ia perlu mengamankan anjingnya, tapi mengunci pintu dan kemudian melarikan diri.
Petugas sempat mengejar, tapi tak bisa menemukan Volke sehingga mereka kembali ke unit apartemennya untuk melakukan pemeriksaan.
Polisi McWhinney mengatakan, saat itulah mereka menemukan sebuah panci masak besar di lantai dapur yang tampaknya berisi kaki manusia.
“Awalnya saya pikir itu semacam lelucon gila … kejutan Halloween atau semacamnya -tapi ketika saya mengaitkan informasi, saya menyadari itu bukan lelucon,” kata Polisi McWhinney.
Polisi Reid mengatakan kepada pengadilan bahwa ada bau busuk di dalam unit apartemen tersebut.
“Itu bau yang tidak enak, itu adalah sesuatu yang tidak pernah saya cium sebelumnya -saya benar-benar tak bisa menggambarkannya,” jelasnya.
“Saya pikir, itu bisa jadi pembunuhan yang terjadi.”
Tubuh Volke kemudian ditemukan di tempat pembuangan limbah, tempat di mana ia akhirnya bunuh diri.
Pengadilan memutar video, yang diambil dari kamera yang menempel di tubuh polisi, yang menunjukkan interaksi mereka dengan Volke, serta penemuan tubuhnya dan jenazah Mayang Prasetyo.
Penyelidikan mengungkap, dua petugas yang merespon pengaduan warga itu hanya memiliki sedikit informasi tentang Volke atau Mayang Prasetyo, karena tak ada satupun yang muncul pada database polisi.
Polisi Reid mengatakan, ia seharusnya bisa mencoba menghentikan Volke mengunci pintu dalam hitungan detik -yang sebenarnya bisa ia lakukan –tapi tindakan itu mungkin bisa menempatkan polisi dalam bahaya.
“Seandainya saya melakukan hal-hal yang saya pikir lebih baik, mungkin hasilnya lebih buruk bagi kami,” tutur Polisi Reid.
Volke punya riwayat depresi
Sersan Detektif Joshua Walsh bertanggung jawab atas penyelidikan kematian Volke dan mengatakan bahwa Volke dan Mayang Prasetyo bertemu di Melbourne, tempat di mana Volke bekerja di klub laki-laki untuk membantu melunasi hutang kartu kredit senilai 9.000 dolar (atau setara Rp 90 juta).
Ia mengatakan bahwa Mayang Prasetyo telah membantu Volke untuk bisa bekerja di sejumlah klub di Asia dan Eropa.
“Mereka bersepakat di antara kedua pihak bahwa ia (Volke) akan membantunya (Mayang) untuk mendapatkan visa pasangan tetap di Australia,” kata Sersan Detektif Walsh.
Detektif Walsh mengatakan kepada penyelidikan bahwa Volke telah berjuang dengan identitas dan pekerjaannya, dan sempat memberitahu seorang teman bahwa ia ingin menjadi peternak anjing setelah menetap di Brisbane.
Investigasi menyusul kematian Volke mengungkap bahwa ia memiliki riwayat kecemasan, depresi dan gangguan tidur.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.
Diterbitkan: 15:50 WIB 15/05/2017 oleh Nurina Savitri.