ABC

Perwira AL Australia Diselidiki Terkait Skandal Suap Militer AS

Dua personil Angkatan Laut Australia (RAN) tengah diinvestigasi sebagai bagian dari skandal suap besar Angkatan Laut Amerika Serikat (AL AS) yang melibatkan pekerja seks dan pesta liar. Dua anggota militer itu bisa menghadapi penuntutan di bawah sistem peradilan militer AS.

Sembilan perwira tinggi Angkatan Laut AS, termasuk seorang Laksamana, telah didakwa memperdagangkan informasi terklasifikasi dengan imbalan perjalanan wisata, makan malam dan jasa prostitusi dari kontraktor pertahanan asing, bernama Fat Leonard.

Menurut Departemen Kehakiman AS, perwira RAN, yang hanya disebut sebagai “AG”, telah terlibat dalam kasus itu.

ABC telah mengonfirmasi, pensiunan RAN itu berpangkat Letnan Kolonel, dan perwira kedua yang sedang diselidiki juga memiliki pangkat yang serupa.

Dari bulan November 2007 hingga Januari 2010, AG diperbantukan ke Angkatan Laut AS sebagai penghubung personil Angkatan Laut Australia ke Armada Ketujuh (armada AL AS yang terletak di Jepang).

Sebagai seorang penghubung, AG bertugas di atas kapal USS Blue Ridge bersama rekan-rekan Angkatan Laut AS, merencanakan operasi dan latihan bersama antara Amerika Serikat dan Australia.

Menteri Pertahanan Australia, Marise Payne, sebelumnya menolak untuk mengatakan berapa banyak perwira AL Australia yang mungkin diselidiki sebagai bagian dari skandal itu, tetapi ia mengatakan, Australia bersikap kooperatif terhadap pemeriksaan itu.

"Ini adalah penyelidikan terkait dengan kegiatan tertentu di sekitar Armada Ketujuh," sebut Payne.

Ia menjelaskan, “Ini adalah investigasi yang sedang berlangsung jadi saya tak akan membuat komentar rinci tentang hal itu, tapi kami telah bekerja sama dengan Amerika Serikat dalam kasus ini sejak semester kedua tahun lalu.”

Polisi Federal Australia (AFP) mengatakan, pihaknya menyadari tentang adanya penyelidikan oleh Dinas Investigasi Kriminal Pertahanan AS dan mengatakan, pihaknya bekerja sama dalam kasus itu dengan Departemen Pertahanan Australia untuk menyelidiki keterlibatan Australia dalam hal ini.

Dalam skandal “Fat Leonard” ini, pejabat AS dituduh menerima suap sebagai imbalan atas berbagi informasi tentang pergerakan kapal dan mengirim kapal ke pelabuhan yang dikelola oleh kontraktor pertahanan yang berbasis di Malaysia, yang nama aslinya adalah Leonard Francis.

Surat Pernyataan
Pernyataan Departemen Kehakiman AS yang merujuk perwira AL Australia dalam skandal Fat Leonard.

Supplied

Perusahaan Francis dikontrak untuk membersihkan, memasok dan mengisi bahan bakar kapal-kapal Angkatan Laut.

Menurut dokumen pengadilan, pada tahun 2015, Francis dan perusahaannya mengaku bersalah karena menyuap pejabat Angkatan Laut selama 10 tahun, di saat mereka menagih Angkatan Laut sebesar $ 200 juta (atau setara Rp 2 triliun) untuk pekerjaan di 6 pelabuhan.

Sebagai bagian dari pengakuan bersalah, Francis setuju untuk membayar restitusi sebesar $ 35 juta (atau setara Rp 350 miliar), dan bekerja sama dengan jaksa federal dalam pemeriksaan.

Jaksa mengklaim bahwa pada tahun 2007, Francis menggelar “pesta gila berhari-hari, dengan limpahan pekerja seks, di mana selama periode itu para penerima suap meminum semua minuman beralkohol Perignon yang tersedia di (hotel) Shangri-La”, menimbulkan tagihan senilai $ 50.000 (atau setara Rp 500 juta).

Dua puluh lima orang telah didakwa dalam kasus ini, termasuk dua karyawan Francis dan seorang agen Unit Investigasi Kriminal Angkatan Laut, yang disebut jaksa terus menginformasi Francis tentang penyelidikan itu. 

Menteri Pertahanan Australia menolak untuk mengatakan apakah Australia akan membolehkan orang-orang itu diekstradisi jika mereka dituntut oleh Polisi Federal, tapi dari informasi yang diterima ABC, opsi itu bisa dilakukan Jaksa Agung Australia di bawah Nota Kesepahaman dengan Amerika Serikat.

Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.

Diterbitkan: 16:42 WIB 17/03/2017 oleh Nurina Savitri.