ABC

Teroris ISIS Asal Bangladesh yang Pernah Kuliah di Australia Kecam Warga Muslim

Seorang pria asal Bangladesh yang pernah kuliah di Australia muncul dalam video propaganda kelompok teroris ISIS. Dia mengkritik warga Muslim yang belum mendukung jihad.

Video berjudul Words Drenched in Blood pertama kali muncul secara online pada Rabu (15/3/2017) malam menampilkan pria yang diidentifikasi oleh kerabatnya sebagai Neaz Morshed Raja. Dia tampak memegang senjata otomatis dan berbicara langsung ke kamera.

“Kami akan datang kepada mereka dari kanan, dari kiri, dari utara, dari selatan, dari timur, dari barat. Allah akan datang kepada mereka dari setiap sisi,” kata Raja.

Menurut media di Bangladesh, pria yang dinamai “Abu Maryam al-Bengali” dalam video tersebut, masuk dalam daftar orang hilang di kantor polisi setempat sampai tahun lalu.

Pria berusia 30 tahun ini diperkirakan telah tewas dalam serangan bom bunuh diri di Kota Tikrit, Irak, belum lama ini.

Skip Twitter Tweet

FireFox NVDA users – To access the following content, press ‘M’ to enter the iFrame.

TWITTER: ABC News tweet: Andrew Greene explains what we know about Neaz Morshed Raja

Sebuah akun Facebook atas nama Neaz Morshed Raja menyatakan dia pernah kuliah di Deakin University di Victoria, tetapi profil onlinenya itu belum diperbarui sejak 2015.

Suratkabar Daily Star di Bangladesh mengutip beberapa warga dari kota asalnya Chittagong, yang menjelaskan bahwa Raja menjadi berubah sejak kuliah di Australia.

Suratkabar lainnya Dhaka Tribune mewawancarai pimpinan kepolisian Bangladesh yang mengatakan pihak berwenang setempat pria yang telah menikah dan menjadi ayah tersebut meninggalkan Bangladesh, tapi tidak tahu lokasinya saat ini.

Dalam pesan yang disampaikan dalam bahasa Inggris, Raja mengkritik warga Muslim yang tidak mengambil bagian dalam jihad.

“Saya tahu bahwa kita akan menang dan mereka akan menjadi pecundang. Dan Anda akan menjadi pecundang terbesar jika Anda hanya duduk di rumah dan tidak melakukan apa-apa,” katanya dalam video propaganda tersebut.

Pemerintah Australia menolak untuk mengomentari kasus ini.

Seorang jurubicara Kejaksaan Agung mengatakan kepada ABC bahwa “sudah jadi kebiasaan Pemerintah Australia tidak mengomentari masalah keamanan atau intelijen tertentu”.

Sementara itu Deakin University mengatakan mereka “tidak memberikan konfirmasi keterlibatan mahasiswanya di masa lalu atau sekarang dalam kegiatan teror terkait apapun”.

“Dalam hal apapun kami tunduk pada UU privasi Pemerintah Victoria yang melarang kami mengkonfirmasikan nama-nama mahasiswa saat ini atau masa lalu, atau sebaliknya,” kata jurubicara Deakin University.

Diterbitkan Pukul 11:30 AEST 17 Maret 2017 oleh Farid M. Ibrahim dari berita berbahasa Inggris.