ABC

Membantu Pendidikan Bagi Perempuan Lewat Kertas

Seorang perempuan asal Brisbane telah menciptakan bisnis alat tulis dari wirausaha sosial miliknya, untuk membantu pendanaan proyek pendidikan bagi perempuan di negara-negara berkembang.

Lauren Shuttleworth mengatakan ia mulai mendirikan Words With Heart sekitar dua tahun lalu, setelah mendapat inspirasi dari perjalanan sukarelawannya ke Kenya.

Skip Instagram Post

FireFox NVDA users – To access the following content, press ‘M’ to enter the iFrame.

INSTAGRAM: Words with Heart

“Saya bertemu seorang [gadis] berusia 10 tahun di sekolah, tetapi panti asuhan dimana ia berada tidak mampu membayar sekolahnya lagi,” kata Lauren kepada Terri Begley dan Rachel Fountain dari ABC Radio Brisbane.

“Saya benar-benar marah.”

“Ketika saya kembali ke Australia, saya memutuskan untuk mencari sumber pendanaan bagi gadis-gadis tersebut. Bukan hanya sumbangan sesekali, tapi yang berkelanjutan.”

“Saya menyadari jika memulai bisnis adalah cara untuk mendapatkannya, dan saya ingin melakukan sesuatu yang akan membantu pendidikan, sehingga menjual alat-alat tulis itu cocok.”

Wirausaha sosial ini mengukur dampak dan keberhasilannya dengan mencari tahu berapa banyak pendidikan yang bisa mereka danai.

“Sejauh ini kita sudah mendanai 70.000 hari sekolah di Sierra Leone, Kamboja, Uganda dan Nepal,” kata Lauren.

“Tujuan kami adalah untuk mendanai satu juta hari sekolah hingga 2019.”

Menjadi seorang perempuan di dunia start-up

Lauren mengatakan berkecimpung di dunia start-up terkadang sulit. Saat ini, 75 persen dari start-up yang dibuat dikuasai oleh pria.

“Kadang-kadang saat kita pergi ke acara networking, saya merasa kesulitan menemukan wanita lain.”

“Bisa terkesan kurang diterima karena merasa berbeda, terutama di area teknologi.”

Books, paper and stationery made by a Brisbane social enterprise.
Alat-alat tulis dibuat untuk membantu perempuan di negara berkembang belajar.

Foto: Words With Heart

Ia mengatakan saat menyampaikan ide kepada investor pria juga memiliki tantangan.

“Saya pernah mengalami saat menyampaikan ide pada pria dan komentar yang ada lebih pada suara, penampilan, diluar topik investasi,” kata Lauren.

“Setiap perempuan yang saya kenal di dunia start-up memiliki cerita seperti itu.”

Diterbitkan oleh Erwin Renaldi pada 9/03/2017 pukul 12:00 AEST dari artikel aslinya dalam bahasa Inggris, yang bisa dibaca di sini.