Pengalaman Gadis Difabel 6 Tahun Bersekolah Dengan Kursi Roda
Madeline Luk mengalami ‘displasia diastrofik’, suatu bentuk kekerdilan langka yang memengaruhi sendi-sendi di tubuh dan mobilitasnya.
Ketika Madeline berada di taman bermain, ia selalu dibanjiri pertanyaan dari teman-teman sebayanya.
"Apakah kamu mau pergi ke perpustakaan?"
"Mengapa kamu memakai penjepit punggung?"
"Bagaimana caranya kamu menggerakan kursi roda?"
Gadis berusia enam tahun ini bertubuh sangat mungil; tingginya sekitar 78 sentimeter, tangan dan kakinya sangat pendek sementara scoliosis yang dideritanya telah menyebabkan kelengkungan tulang belakang.
Tapi disabilitas yang dialaminya tak menghentikan Madeline untuk tetap bersemangat masuk ke ruang kelasnya di Sekolah Kristen Pacific Hills di Dural, barat daya Sydney, atau bermain-main dengan kursi rodanya di sekitar taman bermain bersama sang kakak, Lana.
“Saya suka bermain petak-umpet dan bermain bola tangan dan saya juga suka bermain di perpustakaan dengan teman-teman saya,” kata Madeline.
"Saya perlu bantuan untuk pergi ke toilet dan naik tangga di lift. Saya menggunakan alat berjalan saya di kelas dan saya memarkir kursi roda saya di dalam," cerita Madeline yang akrab disapa Maddy.
Madeline, yang akan masuk kelas 1 SD, adalah salah satu dari tiga anak perempuan pasangan Nicole dan Bernard Luk.
Lana yang berusia delapan tahun tak memiliki hambatan fisik, sementara si bungsu Briella juga terlahir dengan ‘displasia diastrofik’.
Keluarga ini sempat tinggal di Hong Kong sebelum masalah aksesibilitas di sekolah mendorong mereka untuk kembali ke Australia sebelum Madeline memulai masa TK.
Tips mempersiapkan sekolah bagi anak berkebutuhan khusus:
• Hubungi pihak sekolah setidaknya 12 bulan sebelum anak Anda mulai bersekolah
• Hubungi Dinas Pendidikan setempat untuk mendapat layanan pendukung
• Berkomunikasi secara teratur dengan guru anak Anda untuk mendiskusikan kemajuan dan masalah baru yang mungkin timbul.
“Salah satu masalah utamanya adalah mengenai toilet,” sebut Nicole.
“Maddy tak bisa menggunakan kloset khusus penyandang disabilitas … jadi ia benar-benar membutuhkan sesuatu yang khusus dibuat untuknya dan pada dasarnya, sekolah membuat bilik yang sesuai dengan tubuh uniknya,” tutur sang ibu.
“Jadi ia mulai mampu bersekolah secara mandiri, bahkan lebih baik ketimbang di rumah. Ia memiliki kursi kecilnya sendiri dan meja sendiri sesuai dengan tubuhnya,” ujar Nicole.
Miliki komunikasi terbuka
Nicole mengatakan, tips paling penting yang bisa ia bagi untuk para orang tua dari anak-anak berkursi roda adalah menjalin komunikasi terus menerus dengan pihak sekolah.
“Ini bukan hanya komunikasi satu kali. Anda harus terus memastikan bahwa kebutuhan mereka terpenuhi dan bahwa Anda terus memastikannya, yang merupakan tugas sulit,” sebutnya.
"Hanya karena seorang anak duduk di kursi roda, tak berarti Anda menempatkan mereka dalam kotak, mereka punya daftar kebutuhan. Setiap anak itu unik," ujar Nicole.
Ketika Madeline mulai sekolah, ia mengatakan, sebagian besar waktu dihabiskan mendidik siswa lain untuk memperhatikan Maddy, terutama karena ia begitu kecil dan “mudah untuk tertabrak”.
Namun salah satu masalah yang tidak diantisipasi keluarga Luk adalah bagaimana putri sulung mereka, Lana, terpengaruh dengan perhatian yang Madeline terima ketika ia mulai bersekolah.
Nicole mengatakan, Lana mulai merasa “ia hanya menjadi penting sebagai sumber informasi tentang adiknya”.
“Banyak murid belum pernah melihat kursi roda listrik sebelumnya jadi itu sangat menarik dan kursi roda Maddy sangat keren dan dicintai semua murid,” paparnya.
"Kami bekerja sama dengan sekolah untuk mencoba memastikan anak tertua saya dibuat merasa sekhusus dan sepenting sang adik, meski ia tak mengalami disabilitas,” ungkap Nicole.
“Terutama ketika Anda memiliki anak-anak dengan disabilitas dan non-disabilitas belajar di sekolah yang sama dan yang lebih muda muncul serta menjadi perhatian … begitu penting untuk mempertimbangkan isu-isu tersebut,” jelasnya.
Bagi orang tua yang baru memiliki anak bersekolah, Nicole mengatakan, hal yang penting untuk memiliki pikiran terbuka.
“Jika itu sesuatu yang baru untuk anak Anda, maka kita sebagai orang tua juga harus belajar dengan anak kita dan tak menganggap bahwa kita tahu bagaimana cara kerjanya dan bagaimana penampakannya,” utara Nicole.
“Kita bisa menyiapkan mereka dan sekolah sebaik mungkin tapi pada akhirnya, layaknya seorang anak, kita harus membiarkan mereka dan membiarkan mereka mencari tahu sendiri,” sambung Ibu dari Maddy ini.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.
Diterjemahkan: 11:30 WIB 26/01/2016 oleh Nurina Savitri.