ABC

Film Sineas Australia Masuk Nominasi Oscar 2017

Tanna adalah film hasil karya sineas Australia yang mendapat nominasi Oscar 2017. Salah satu sutradara dari film bertema cinta dengan latar belakang Vanuatu, mengatakan kesempatan membawa para pemain film ke Hollywood adalah “mimpi yang menjadi kenyataan”.

Tanna mencetak nominasi Oscar untuk pertama kalinya bagi Australia di kategori Film Berbahasa Asing Terbaik di Academy Awards. Academy Awards tahun ini didominasi oleh film musikal La La Land dan film Lion, yang juga hasil karya sutradara asal Australia.

Tanna disutradarai oleh pembuat film Australia, Bentley Dean dan Martin Butler. Dengan para pemeran warga dari suku Yakel, yang belum pernah bermain sebelumnya. Suku Yakel adalah salah satu suku tradisional terakhir di Vanuatu.

“Kami hanya berharap bisa tiba di karpet merah dengan mereka yang tampil di film sebanyak-banyaknya dan merayakannya, ini mimpi jadi kenyataan,” kata Bentley kepada program ABC Pacific Beat.

Film ini menceritakan dua pasangan yang kisah cintanya memicu perang diantara suku, yang diangkat dari kisah nyata di pulau Tanna dan pertama kalinya syuting dilakukan di Vanuatu.

Tanna
Tanna, diangkat dari kisah nyata dan dimainkan oleh suku Yakel di Vanuatu, mendapat nominasi Oscar 2017.

Foto: IMDb, Philippe Penel

Semua dialog dalam film ini disampaikan dalam bahasa Nauvhal, bahasa asli suku Yakel yang digunakan oleh hanya beberapa ribu orang. Para pemeran di film ini pun belum pernah akting sebelumnya.

“Mereka tampil secara alami, cukup menakjubkan,” kata Bentley.

Film ini juga menjadi yang pertama kali bagi para pembuat film, yang tidak pernah mengarahkan sebuah film jenis feature sebelumnya.

“Posisi kita hampir sama, dan untuk sampai ke titik di mana kita mendapat nominasi Oscar agak tidak masuk akal,” kata Dean.

“Mereka bangga”

Ini tidak menjadi pengakuan internasional pertama kalinya, tapi telah mengikuti sejumlah festival film internasional sebelumnya.

Tanna diputar di Festival Film Venice International pada tahun 2015, dan meraih penghargaan Audience Award Pietro Barzisa.

Film ini juga memenangkan Australian Academy of Cinema and Television Arts (AACTA) untuk penghargaan Best Original Music Score bulan Desember lalu

Meskipun suku Yakel hidup tradisional, mereka tidak sepenuhnya terisolasi dengan dunia luar.

Kota terdekat di pulau kecil Tanna, yang hancur akibat Topan Pam pada Maret 2015, bisa ditempuh hanya setengah jam.

Namun, sampai para sutradara tiba di pulau itu untuk mendiskusikan ide mereka, sebagian besar pemain belum pernah menonton sebuah film feature sebelumnya.

“Orang-orang masih mengenakan nambas [sejenis koteka untuk menutupi kemaluan pria] … dan perempuan memakai rok dari bahan rumput, berburu dengan busur dan panah,” kata Bentley.

Tapi orang-orang dari suku Yakel tidak khawatir dengan ketenaran baru bagi mereka, yang dikhawatirkan para sutradara dan sudah disampaikan kepada kepala desa.

“Pada dasarnya para kepala desa mengatakan, ‘dengarkan, ini adalah sesuatu yang kita sambut baik, kita ingin agar orang-orang datang dan belajar, dan jika ternyata terlalu banyak yang datang, kita tutup saja jalannya.”

“Mereka bangga bahwa ini adalah film mereka, dibuat dalam bahasa mereka, dan itu sudah mendapat pengakuan. Mereka tidak sabar untuk berbagi dengan lebih banyak orang.”

Diterbitkan oleh Erwin Renaldi pada 25/01/2016 pukul 12:00 AEST, dari laporan berbahasa Inggris yang bisa dibaca di sini.