Pensiunan Australia Jadi Relawan Guru Tuna Rungu di Kiribati
Setelah bekerja menjadi guru selama 35 tahun, Heather Black asal Australia membuat keputusan berani untuk pindah ke Kiribati di kawasan Pasifik guna menjadi relawan di satu-satunya sekolah berkebutuhan khusus di sana.
‘Saya selalu berkeinginan bekerja di luar negeri dan senang melakukan perjalanan. Setelah pensiun selama tiga tahun, dan banyak melakukan perjalanan, saya siap untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat lagi.” kata Heather.
Heather melihat sebuah posisi yang diiklankan di situs Australian Volunteers for International Development (AVID) untuk bekerja di Kiribati sebagai guru bagi siswa tuna rungu, dan senang bahwa pengalamannya bertahun-tahun menjadi guru masih bisa dimanfaatkan.
Pendidikan bagi tuna rungu sudah lama menjadi bagian dari yang dilakukannya. Dia belajar bahasa isyarat setelah belajar menjadi guru bagi tuna rungu di tahun 1978, dan fasih dalam Signed English (bahasa isyarat dalam bahasa Inggris) setelah bekerja di pusat tuna rungu dan bahasa.
Dia sekarang mengatakan AUSLAN adalah kunci bagi komunikasi dengan siswa tuna rungu.
“Meski AUSLAN dan Signed English menggunakan tanda dan cara yang sama, AUSLAN lebih merupakan bahasa tiga dimensi dengan tata bahasa sendiri, dan merupakan bahasa isyarat yang alami bagi mereka yang tuna rungu,” kata Heather.
Selama 15 bulan terakhir, Heather telah bekerja di Kiribati di Sekolah Khusus Bagi Anak-anak yang berkebutuhan khusus, membantu staf di sana membuat kamus bahasa tangan pertama di negeri itu.
Ada sekitar 800 isyarat di dalam kamus itu dengan terjemahan Inggris dan bahasa Kiribati. Isyarat lokal digunakan untuk menggambarkan tanaman dan kehidupan laut, juga nama untuk seluruh desa di Tarawa dan pulau-pulau di Kiribati, dan juga desa lain di kawasan Pasifik.
Ada juga isyarat lokal bagi kegiatan budaya dan kehidupan sehari-hari.
Tantangan pertama bagi Heather dalam membuat kamus isyarat adalah menemukan warga tuna rungu di masyarakat yang bisa memberikan kesamaan dalam penggunaan isyarat di Kiribati.
"Kebanyakan warga tuna rungu dewasa tinggal di desa mereka sendiri sehingga tidak saling mengenal satu dengan yang lain. Namun sejumlah pria dewasa muda yang pernah belajar di Sekolah Gospel Untuk Tuna Rungu di Fiji. Dua diantara mereka sekarang bekerja di sekolah khusus dimana saya bekerja sekarang. Karena semangat dan keuletan mereka maka proyek ini bisa bergerak."
“Ternyata, kebanyakan isyarat yang digunakan di Kiribati dan Fiji berdasarkan AUSLAN dan Bilby Publishing mengijinkan foto-foto dari buku mereka digunakan di penerbitan lokal. Ini membuat pekerjaan kami jadi lebih mudah.” kata Heather.
Kamus tersebut, meski mendapat sambutan, barulah langkah pertama dalam membangun masyarakat tuna rungu dimana pemakainya bisa berbagi bahasa yang sama, membangun rasa kepemilikan, percaya diri, dan membangun kesadaran dan pemahaman mengenai tuna rungu di masyarakat yang lebih luas.
“Masyarakat lebih luas sudah meminta kamus ini, dan menghadiri pelajaran yang dilakukan oleh sekelompok pengajar dari sekolah khusus.” kata Heather.
Pentingnya menjadi relawan
Heather yakin sekali bahwa menjadi relawan akan membuat dunia menjadi tempat lebih baik.
“Negara-negara berkembang sangat memerlukan keahlian di banyak area.” kata Heather.
"Kita memiliki banyak individu yang memiliki ketrampilan di begitu banyak area. Memindahkan keahlian ini dan membaginya dengan yang lain akan membuat perubahan besar."
Heather mengatakan bagi lansia seperti dirinya, menjadi relawan berarti kesempatan memberikan sesuatu kepada mereka yang betul-betul memerlukan.
“Saya kira para relawan akan mendapat manfaat sama banyaknya dengan apa yang mereka berikan, dalam hal pemahaman budaya, persahabatan, dan pertumbuhan pribadi.” kata Heather.
Pengalamannya bekerja dengan masyarakat Kiribati sangat berkesan, dengan orang-orang di tempat kerjanya, anak-anak di sekolah berkebutuhan khusus, masyarakat tempat tinggalnya, dan salam dari warga setempat ketika dia menaiki sepeda dari dan ke tempat kerjanya setiap hari.
“Namun melihat anggota Asosiasi Tuna Rungu Kiribati (Kiribati Deaf Association) mengenakan seragam klub mereka berparade dengan bangga di depan Presiden Kiribati di Hari Kemerdekaan mungkin merupakan pengalaman yang paling membangggakan
dan akan saya ingat seumur hidup.” kata Heather.
Bagi Heather, sudah merupakan kehormatan menjadi bagian dari proses membantu anak-anak belajar, dan melihat bangganya mereka ketika menemukan sesuatu yang baru.
"Anak-anak tuna rungu bahkan lebih terbuka, jujur, dan lebih menghargai dibandingkan anak-anak normal lainnya, sehingga sangat senang bekerja dengan mereka. "
Saksikan kerjasama antara School and Centre for Children with Special Needs & the Kiribati Deaf Association. YouTube: Kiribati Video
Hari Relawan Internasional (International Volunteer Day (IVD)) dirayakan setiap tahun tanggal 5 Desember dan diresmikan pertama kali di Sidang Majelis Umum PBB di tahun 1985. Setiap tahun lebih dari enam juta warga Australia menjadi relawan untuk membuat masyarakat sekeliling menjadi lebih baik. Setiap tahun 500 relawan Australia pergi bekerja ke luar negeri seperti Heather, untuk tinggal dan bekerja di masyarakat lokal sebagai bagian dari program AVID.