Berkunjung ke Tempat Ibadah Berbagai Agama di Pinggiran Melbourne
Australia memang tidak memiliki Menteri Agama. Namun, bukan berarti kerukunan antarumat beragama tidak terjalin di Negeri Kanguru. Salah satu wilayah yang tingkat kesadarannya tinggi soal kerukunan antarumat beragama ialah Dandenong, wilayah yang berjarak 35 kilometer dari pusat Kota Melbourne.
Dandenong memiliki populasi sebesar 140 ribu orang. Meski populasinya tak terlalu banyak, penduduknya berasal dari 150 negara berbeda! Banyaknya negara membuat budaya serta agama di Dandenong pun sangat beragam.
Tercatat, tujuh agama ada di kota ini. Sebut saja Baha’i, Buddha, Kristen, Hindu, Islam, Yahudi dan Sikh. Demi menjaga kerukunan beragama, dibentuklah organisasi interfaith untuk Dandenong, atau organisasi yang menghubungkan antara umat agama yang satu dengan agama lain.
Divisi pengembangan hubungan antarumat beragama Dandenong, Helen Heath, mengaku tak ada masalah soal banyaknya agama di wilayahnya itu. “Tidak ada konflik antarumat beragama di Dandenong. Sebab, antara umat beragama yang satu dengan yang lain saling menghormati,” jelas Helen kepada jurnalis Indonesia yang berkesempatan menyambangi wilayah Dandenong termasuk Okezone.
Selama Okezone berada di sana, tidak terlihat adanya ketegangan. Bahkan jarak antara masjid yang merupakan tempat ibadah umat muslim dan gurudwara (tempat ibadah sikh) berjarak tak lebih dari 200 meter.
Sebagai tambahan informasi, agama sikh tentu masih asing bagi penduduk Indonesia. Tidak heran karena agama tersebut tidak termasuk dari lima agama yang diakui pemerintah Indonesia.
Agama sikh sendiri berkembang pada abad 16 dan 17. Sikh berasal dari daerah Punjab di India dan pengikutnya juga bisa ditemukan di berbagai penjuru dunia. Biasanya, para pria penganut agama ini mengenakan sejenis sorban di kepalanya.
Okezone mendatangi masjid Turki dan tempat ibadah sikh yaitu gurudwara yang jarak antara keduanya hanya sekira 200 meter.
Masjid turki dapat dibilang sebagai salah satu tempat ibadah umat muslim yang cukup megah di Australia. Ini merupakan pengalaman pertama Okezone mengunjungi masjid berarsitektur Turki.
Ada satu hal yang cukup unik ketika memasuki masjid tersebut. Pengunjung diwajibkan menggunakan kaos kaki. Alasannya, agar pengunjung yang memiliki penyakit kaki tak dapat menularkannya karena adanya alas tersebut.
Terlepas dari peraturan tersebut, imam besar di masjid itu harus berasal dari Turki. Setidaknya, imam tersebut harus berada di masjid itu selama lima tahun.
Sementara di gurudwara, para pengunjung wajib mengenakan penutup kepala sebelum memasuki ruang ibadah. Jika pengunjung pria tidak mengenakan sorban layaknya para penganut agama sikh, mereka diwajibkan memakai kain untuk menutup kepalanya.
Di ujung ruangan, terdapat satu segi empat yang biasa digunakan umat sikh untuk beribadah. Jika dilihat dari luar ruangan, arsitektur Gurudwara agak mirip dengan masjid, mengingat keduanya sama-sama memiliki kubah.
Artikel ini diproduksi atas kerjasama Okezone.com dan ABC International melalui program Jelajah Australia 2016.