Pertumbuhan Harga Rumah di Melbourne Lampaui Sydney
Harga rumah di Australia terus melonjak. Selama kuartal September, pertumbuhan harga rumah di Melbourne melampaui Sydney.
Pertumbuhan harga rumah selama 3 bulan (kuartal) terakhir di Melbourne mencapai 5%. Angka itu didorong oleh kenaikan 2,3% selama bulan September.
Sydney masih mengalami lonjakan harga sebesar 3,5% selama kuartal ini, tetapi hanya naik 0,8% pada bulan lalu.
Dalam setahun, pertumbuhan harga rumah di Sydney yang mencapai 10,2% masih menjadi yang tertinggi di Australia, tetapi Melbourne semakin mendekat di angka 9%.
Kepala penelitian Asia-Pasifik di lembaga ‘CoreLogic’, Tim Lawless, mengatakan, pada khusunya, kendala keterjangkauan harga menjadi signifikan di Sydney.
“Pendapatan rumah tangga, di area New South Wales, tumbuh sekitar 4,5% dan kami mengamati nilai hunian meningkat lebih dari dua kali lipat laju pertumbuhan pendapatan itu,” jelasnya.
"Jadi makin banyak segmen pasar perumahan yang tak terjangkau, terutama di kalangan keluarga berpenghasilan rendah, pembeli rumah pertama," tutur Tim Lawless.
Ia mengatakan, harga rumah yang terus-menerus naik di atas pertumbuhan pendapatan rumah tangga bukanlah sesuatu yang berkelanjutan.
“Anda tak akan mengharapkan siklus ini benar-benar bisa bertahan lebih lama,” ujarnya.
Tim mengatakan, ada kesamaan yang jelas dengan lonjakan properti di awal tahun 2000-an, di mana harga rumah di Sydney melonjak antara tahun 2000-2004 sebelum berhenti naik dan bahkan turun setelahnya dan tak kembali naik hingga tahun 2009.
“Setelah kenaikan harga yang begitu panjang dalam siklus ini, kami perkirakan ada penurunan menyusul pertumbuhan yang kuat, seperti yang kita lihat dalam setiap siklus pertumbuhan lainnya di pasar,” utaranya.
Canberra dan Hobart juga mengalami kenaikan harga properti masing-masing sebesar 9% dan 8,7%, sementara Adelaide dan Brisbane, keduanya, mencatat pertumbuhan yang lebih moderat.
Harga properti di Australia Barat merosot
Hal yang sama sekali berbeda terjadi di Perth (-7%) dan Darwin (-6%). Kedua kota ini terus mengalami penurunan harga properti tiap tahunnya, belum terlihat adanya koreksi harga.
Lembaga ‘CoreLogic’ mengatakan, kedua pasar itu sekarang mengalami penurunan dua digit dari puncak harga properti mereka.
Tim Lawless menyebut, para pemilik rumah di kedua kota tersebut seharusnya tak mengharapkan kondisi itu segera membaik.
"Kami masih melihat tingkat sewa yang cukup rendah di kedua pasar tersebut, di sisi lain daftar sewa menjadi sangat panjang. Jadi sampai kami melihat tingkat penawaran turun dan tingat sewa mulai perlahan naik, saya benar-benar belum bisa melihat tren negatif dalam nilai hunian ini membaik,” terang Tim Lawless.
“Jadi mungkin sekitar tahun 2017, kita akan mulai melihat pasar ini berhenti turun, tapi saya rasa lonjakan harga belum akan terjadi,” sambungnya.
Meski demikian, kondisi bagi para investor di wilayah pertambangan Australia Barat ternyata jauh lebih buruk.
Data tentang wilayah Karratha, Australia Barat, yang dikeluarkan lembaga ‘SQM Research’ menunjukkan adanya penurunan 60% dalam harga permintaan untuk rumah, menjadi hanya sekitar 300.000 dolar (atau setara Rp 3 miliar).
Harga permintaan di wilayah Port Headland jauh lebih tinggi, yakni di kisaran 560.000 dolar (atau setara Rp 5,6 miliar), namun penurunan selama tiga tahun terakhir ini mencapai tingkat 54%.
Cerita yang sama terjadi di kota tambang batubara di Queensland, yakni Moranbah, di mana harga properti jatuh 60% menjadi 209,000 dolar (atau setara Rp 2,9 miliar).
Di semua kota pertambangan ini, penurunan harga yang lebih dalam dipicu oleh tingkat sewa yang merosot.
Permintaan sewa di Moranbah turun hampir setengah dalam tiga tahun terakhir berkat tutupnya tambang dan pengurangan tenaga kerja. Sementara itu harga sewa di Karratha telah merosot lebih dari 60% karena sejumlah proyek konstruksi pertambangan berakhir.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.
Diterjemahkan: 15:55 WIB 03/10/3016 oleh Nurina Savitri.