Demi Jadi Seniman Tato, Pria Sydney Ini Tinggalkan Pekerjaan Kantoran
Kesan pertama, Quang Sta terlihat seperti apa yang Anda pikir sebagai seorang seniman tato. Kulitnya tertutup dengan beberapa lapis gambar grafis dari masa lalu dan kini; kepalanya hampir plontos dan ia memakai baju monokromatik gelap dengan tulisan yang besar.
Bahkan namanya-pun cocok dengan penampakannya: Quang Sta – cerita tentang gangsta perkotaan, yang biasanya mengacu pada anggota masyarakat perkotaan kelas bawah yang dikenal terutama karena perilaku anti-sosialnya.
Meski demikian, Quang Phu, sang seniman di balik tinta, adalah pria keluarga yang pendiam dari Cabramatta di pinggiran barat Sydney, yang hanya ingin bekerja keras dan menjadi teladan bagi putra kecilnya.
Tak banyak orang di industri ini mau mengakui hal ini, tapi Quang menderita ‘trypanophobia’ ringan; takut jarum, dan gugup jika harus pergi ke dokter untuk mendapat suntikan.
Quang mulai cukup terkenal di bisnis tato Sydney, dan memiliki daftar tunggu klien yang panjang hingga tahun 2017. Ia telah membangun karirnya dalam beberapa tahun terakhir, tak pernah bermimpi bahwa dirinya akan menjadi artis tato penuh waktu.
Bekerja di pabrik selama bertahun-tahun setelah meninggalkan SMA, di dalam hatinya Quang menyadari bahwa ia menjalani pekerjaan yang tak memuaskan, meski ditawari posisi di manajemen. Ia merasa karirnya tak akan ke mana-mana, dan ia hidup tanpa kreativitas atau gairah dalam hidupnya.
Di samping itu, membina keluarga muda adalah hal sulit, dan menghasilkan uang untuk membayar tagihan adalah prioritas utamanya.
“Saya tak punya mimpi atau ambisi. Saya bekerja dari pagi hingga sore demi uang untuk bertahan hidup,” aku Quang.
Artis berbakat ini ditawari teman dekatnya, yang memberinya uang untuk membeli peralatan pertama, untuk mulai bekerja sebagai seniman tato. Hal ini memberinya dorongan ekstra yang benar-benar ia perlukan untuk mencoba membangun karir di industri tersebut.
“Saya berutang kepadanya karena percaya 110%,” kata Quang.
Orang tua Quang, yang berasal dari Vietnam, khawatir jika perubahan karirnya mungkin sebuah kesalahan, dan tak mengerti apakah orang bisa hidup layak sebagai seniman tato jika mereka bekerja dengan cukup baik. Di Vietnam, orang lebih cenderung untuk mempertahankan pekerjaan yang stabil, yang memberikan penghasilan tetap, ketimbang meninggalkannya untuk mengikuti mimpi mereka menjadi seorang seniman apapun.
Ia memutuskan untuk mencobanya, tapi sayangnya upaya pertamanya benar-benar sekedar karya seni.
"Saya berlatih untuk beberapa teman dan saya benar-benar tak berkembang," ungkap Quang Sta.
“Ada beberapa momen di saat saya hampir menyerah karena hal itu begitu sulit. Saya tak tahu apa yang saya lakukan. Saya tak memiliki mentor. Satu-satunya informasi yang saya punya adalah dari YouTube dan forum tato,” akunya.
Ia kemudian mulai melakukan banyak penelitian dan mulai menggunakan kulitnya sendiri sebagai kanvas untuk berlatih mengembangkan keterampilan dan kepercayaan diri-nya.
"Apapun yang bisa saya jangkau dengan tangan kanan saya, saya tato," tutur Quang Sta.
Upaya pertamanya sungguh berantakan, tetapi sebagian besar usahanya tersembunyi di bagian tubuhnya yang tertutup oleh pakaian, sehingga itu bukan masalah besar baginya.
Quang sempat meremehkan seberapa keras pekerjaan seniman tato.
“Saya pikir itu hanya menggambar di atas kulit,” sebutnya.
Saat ini ia bekerja di Studio Cabramatta Ink, dan mendorong dirinya untuk lebih menjadi seorang seniman ketimbang penato.
Fokus pada tato bergaya Jepang, dan realisme hitam serta abu-abu, Quang bekerja keras untuk menyempurnakan gayanya dan membuat klien tetap senang.
"Saya selalu mendorong batas kemampuan saya setiap hari. Begitulah cara saya tumbuh dan menguji apa yang benar-benar bisa saya lakukan terhadap karir saya," jelas Quang Sta.
“Anda bisa menjadi penato yang biasa-biasa saja, seperti menyalin stensil sepanjang hari, atau Anda harus bekerja keras untuk tampil menonjol,” tambahnya.