Warga Australia jadi Pelaku Bom Bunuh Diri di Suriah
Sebuah video yang disiarkan kelompok Jabhat al Nusrah menunjukkan seorang pria yang mengaku sebagai pelaku bom bunuh diri pertama asal Australia. Pria yang diidentifikasikan sebagai Abu Asma al Australi ini, disebutkan telah melakukan aksinya di sebuah barak militer di utara Suriah, September lalu.
Kelompok Jabhat al Nusrah diduga memiliki kaitan dengan kelompok Al Qaidah.
Video tersebut menunjukkan saat-saat terakhir pria asal Brisbane yang diduga bernama asli Ahmed. Juga ditunjukkan bagaimana kelompok ini mempersiapkan aksi bom bunuh diri tersebut.
Dalam video, Abu Asma al Australi membenarkan aksi yang akan dilakukannya dengan mengutip ayat suci Alquran. Sebelum menyampaikan ucapan selamat tinggal, ia juga mengajak semua orang Islam untuk melakukan jihad.
Sejak beredarnya video ini September lalu, pihak intelijen Australia telah melakukan pelacakan di daerah tempat tinggal Abu Asma di Brisbane. Diduga pihak berwajib telah mengidentifikasi pria dimaksud, meskipun sampai sekarang pihak keluarganya menyatakan yang bersangkutan masih hidup di Turki.
ABC tidak mengidentifikasi nama lengkap pria ini dengan alasan hukum.
Namun, Abu Asma diduga pergi ke Timur Tengah pertengahan tahun ini. Menurut sumber ABC di kalangan intelijen, pria ini kemudian mengirim kembali anggota keluarganya ke Australia. Dan, katanya, sejak itu Abu Asma tidak menunjukkan tanda-tanda akan ikut kembali ke Australia.
Terungkapnya pria Australia pertama yang melakukan aksi bom bunuh diri ini, menggarisbawahi fenomena yang lebih luas. Ada indikasi bahwa warga Australia yang bermaksud terlibat dalam konflik di Suriah bisa menggunakan kontak mereka di Australia untuk berhubungan dengan kelompok-kelompok bersenjata.
Kelompok seperti itu, yang menentang rezim pemerintahan Suriah, menghendaki kader baru tidak sekadar datang bergabung namun juga membawa dana dan perlengkapan lainnya. Ada bukti yang menunjukkan calon- calon kader ini melakukan pengumpulan dana di Australia sebelum berangkat ke Suriah.
Menurut Kepolisian Federal Australia, AFP, dalam 12 bulan terakhir terjadi peningkatan jumlah warga Australia yang bergabung ke dalam kelompok garis keras, termasuk Jabhat al Nusra. Diperkirakan saat ini terdapat sekitar 30an warga Australia bergabung dalam kelompok garis keras.
Sejauh ini, pemerintah Australia membekukan paspor orang-orang tersebut. Menurut badan intelijen Australia ASIO, sebanyak 18 paspor telah dibekukan, meskipun tidak dijelaskan pembekuan paspor ini terkait dengan kepergian mereka ke Suriah.
Turki dan Lebanon menjadi pintu masuk bagi warga Australia yang ambil bagian dalam konflik di Suriah. Pemerintah kedua negara itu telah bekerja sama dengan AFP untuk memberikan informasi mengenai para warga Australia tersebut.