Australia Barat Nikmati Rp 7,5 Triliun dari Kenaikan Harga Biji Besi
Kenaikan harga harga biji besi tahun ini dinikmati oleh Negara Bagian Australia Barat dengan tambahan pembayaran royalti senilai 750 juta dollar atau setara dengan Rp 7,5 triliun. Musim dingin yang buruk di China diperkirakan akan meningkatkan permintaan.
Harga spot komoditas yang dikalkulasi dalam dollar Amerika telah meningkat hampir 13 persen selama tahun belakangan ini.
Kenaikan tersebut bahkan lebih signifikan karena nilai tukar dollar Australia menurun terhadap dollar AS.
Itu merupakan kebalikan di saat yang sama tahun lalu ketika harga biji besi merosot tajam mengakibatkan defisit besar dalam anggaran.
Konsultan biji besi Philip Kirchlechner mengatakan, permintaan yang besar akan biji besi dari pabrik baja membantu harga tetap tinggi.
"Produksi baja di China hampir 2,2 juta ton per hari merupakan yang tertinggi kedua tahun ini dan setahunnya akan mencapai sekitar 800 juta ton," katanya. "Dibanding dengan produksi tahun lalu di China sebesar 720 juta ton, maka ini merupakan kenaikan sangat besar dalam produksi baja."
Menteri Utama Australia Barat Colin Barnett mengatakan hal itu merupakan berita baik.
"Menguatnya harga biji besi, demikian pula harga mineral lainnya serta rendahnya nilai tukar dollar Australia, akan lebih baik bagi anggaran pemerintah dan sudah tentu membantu anggaran kami," demikian ujarnya.
Kirchlechner mengatakan, kendati ada kenaikan, pemerintah harus siap menghadapi perubahan yang akan terjadi.