Menelusuri Kembali Jejak Ayah di Melbourne
Ketika Sarah Chrisya yang berasal dari Indonesia mendapatkan kesempatan belajar di RMIT, dia kemudian mendapatkan kesempatan untuk menelusuri jejak ayahnya yang pernah mengunjungi kota Melbourne. Ini adalah upaya Sarah Chrisya mengenang kembali ayahnya yang meninggal tiga tahun lalu.
14 Februari tahun 2016 ini akan menjadi 3 tahun kepergian ayah saya. Setiap tahun rasanya ‘seperti’ lebih baik… saya masih sangat rindu ayah saya, namun setelah beberapa tahun saya semakin baik dalam mengatasi rasa duka.
Ayah saya mengunjungi Melbourne di tahun 2011 bersama ibu saya. Saat mereka kembali ayah saya menunjukkan banyak sekali foto-foto dirinya di berbagai tempat turis di Melbourne dan dia juga bercerita banyak soal kota Melbourne… termasuk mengenai RMIT.
Saya tidak sempat mengunjungi Melbourne dengan ayah saya, namun saya akhirnya mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi di RMIT.
Saya belajar di RMIT selama 1,5 tahun dan saya baru saja lulus dengan gelar Master saya pada pertengahan bulan Desember tahun lalu.
Setelah lulus, saya memutuskan untuk menghabiskan sebulan di Melbourne terlebih dahulu sebelum kembali ke Indonesia. Dan sebelum saya kembali, saya memutuskan untuk mengenang ayah saya dengan cara unik.
Saya kembali mencari foto-foto dari liburan orang tua saya di Melbourne 5 tahun lalu dan memilih beberapa foto ayah saya.
Dari situah timbul ide untuk pergi ke tempat-tempat yang ia kunjungi dan mereplika foto-foto ayah saya. Bersama dengan dua teman saya, kami berkeliling beberapa tempat di Melbourne. Berikut beberapa foto yang kami replika:
Sesungguhnya menyelesaikan proyek ini sangatlah emosional. Melihat foto-foto ayah saya lagi… Mengingat wajahnya dan pose-pose kakunya… mengingatkan saya saat ia masih ada. Saya mampu menahan diri untuk tidak menangis, satu hal yang jarang sekali terjadi. Karena walaupun saya pada dasarnya kuat, namun jika menyangkut soal ayah saya, saya gampang sekali menangis.
Saya belum pernah memberikan kesempatan untuk diri saya untuk benar-benar mengerti dan meresapi kepergian ayah saya. Project ini adalah salah satu cara saya berbagi perasaan duka saya. Dan juga cara untuk mengenang ayah saya, unik sama seperti karakter pribadi ayah saya.
Saya sangat mengucap syukur saya mendapatkan kesempatan untuk menuntu ilmu di negeri orang, dan lebih mengucap syukur kesempatan tersebut di negara/kota yang ayah saya kunjungi terakhir kali sebelum ia meninggal.
Saya mendapatkan kesempatan untuk mengalami apa yang ia alami… pergi ke tempat yang ia kunjungi, jalan di jalan yang ia lewati, melihat pemandangan yang ia lihat dan banyak lagi…
Walaupun saya dan ayah saya mengunjungi Melbourne pada waktu yang berbeda, saya merasa saya ada bersama ayah saya di tempat dan moment yang sama melalui proyek ini.
Pelajaran yang mungkin ada bisa ambil dari cerita saya adalah, jangan tunggu hingga sudah telat.
Saya tidak pernah menyangka akan kehilangan ayah saya secepat itu. Saya tidak pernah benar-benar mengapresiasi waktu-waktu saya traveling bersamanya sebelumnya dan saya menyesal akan hal itu.
Pergilah traveling bersama orang yang anda sayangi dan hiduplah penuh petualangan dengan mereka… Pergilah ke tempat-tempat baru, cobalah aktifitas baru, makanan baru, berfotolah bareng, tuliskan pengalaman anda di jurnal.
Saya terus memikirkan betapa lebih baik jika ayah saya dan saya ada dalam satu foto bersamaan.
Pelajaran berikutnya adalah… berikan diri anda waktu untuk mengerti dan meresapi hal-hal yang terjadi dalam hidup anda.
Baik itu dalam berduka, prestasi atau pencapaian, breakups, dan lainnya… berikan waktu untuk diri anda mengerti dan meresapinya.
Dan cari cara untuk anda memprosesnya. Jika anda perlu membicarakannya, carilah orang yang anda percayai untuk membicarakannya.
Jika anda perlu traveling, pergilah! Ambil waktu untuk merenungkan beberapa hal. Dengan memberikan waktu untuk mengerti dan meresapinya, anda akan menjadi pribadi baru dan lebih kuat.
“Life can only be understood backwards, but it must be lived forwards.” -S. Kierkegaard (Hidup hanya bisa dipahami dengan melihat ke belakang, namun kehidupan harus menatap ke masa depan).
Membicarakan dan melepaskan tidaklah sama dengan melupakan. Saya sedang berusaha untuk melepaskan kepergian ayah saya, tapi saya akan terus mengingat ayah saya. Ayah saya adalah bagian besar dalam hidup saya. Saya ada sebagaimana saya ada karenanya dia juga.
* Sarah Chrisya Keren Frieda Sabaru adalah lulusan S1 Jurusan Visual Communication Design dari President University di Indonesia dan MA di bidang Communication Design dari RMIT Melbourne. Dia menulis blog: www.goodlcuksarah.com