ABC

Terapi Gua Garam untuk Penyakit Gangguan Pernafasan sedang Populer Di Australia

Seiring dengan dimulainya musim flu, banyak penderita penyakit gangguan pernafasan mulai beralih melakukan terapi pengobatan 'Gua Garam', namun pakar kesehatan paru-paru memperingatkan resiko dari terapi yang sedang tren di Australia ini.

Terapi garam sudah menjadi praktek kesehatan alternatif sejak ratusan tahun yang lalu dan saat ini semakin populer di Australia sejak dibukanya replika gua garam pertaman di Australia sekitar 10 tahun yang lalu.
 
Marshal Rubinstein bulan lalu membuka fasilitas terapi 'gua garam' di Kota Byron Bay, New South Wales Utara.
 
Dia mengatakan dia mulai mempelajari  terapi garam sejak dia menghadiri sesi terapi tersebut di Sydney dan menemukan perubahan yang signifikan untuk serangan bronkitisnya.
 
"Pada 1743 ada seorang dokter di Polandia yang bekerja di sebuah kota dimana terdapat sebuah tambang garam dan Ia mendapati semua pekerja di tambang garam memiliki kesehatan pernapasan yang sangat baik," kata Rubinstein.
 
"Setelah beberapa saat mereka mengetahui kalau ternyata berada di lingkungan yang dipenuhi garam memiliki manfaat kesehatan, sehingga orang-orang dari seluruh Eropa akhirnya mengunjungi tambang garam dan dokter tersebut meresepkan agar mereka menghabiskan waktu yang cukup lama  di gua-gua garam."
 
Fasilitas terapi 'gua garam' milik Rubinstein berupa sebuah ruangan yang dilapisi garam setebal 2 inci dibagian lantainya dan mesin yang dikenal dengan sebutan 'halogenerator' yang menyebarkan partikel garam berukuran mikro ke udara.
 
"Beberapa ilmuwan Rusia yang sangat pintar menemukan bahwa orang tidak perlu beramai-ramai mendatangi dan berdiam di gua garam untuk  mendapatkan efek yang menguntungkan tersebut," katanya.
 
"Jadi mereka kemudian mempelajari suhu, kelembaban dan ukuran partikel garam yang menuntun mereka menciptakan  mesin yang disebut halogenerator."
 
"Garam diletakan dilantai hanya sebagai bagian dari estetika, tapi manfaat terapeutiknya benar-benar datang melalui halogenerator itu."
Rubenstein tidak memiliki kualifikasi medis dan tidak mengklaim terapi garam sebagai obat untuk penyakit pernapasan, namun mengatakan terapi ini bisa meringankan gejala gangguan pernafasan.
 
"Kami memiliki beberapa dokter yang datang kemarin setiap minggunya,'
 
"Saya lebih suka orang mengalami sendiri dan membuat keputusan sendiri."
 
Warga Byron Shire, Candida Baker mengatakan dia mengajak anaknya, Anna Drewe, untuk menjajal terapi 'gua garam' ini setelah didiagnosa menderita batuk rejan.
 
"Batuk rejan dikenal juga dengan sebutan 'batuk 100 hari' namun faktanya batuk anak saya berlangsung lebih dari 100 hari,"
 
"Anak saya banyak meminum obat antibiotik dan suatu hari saya berpikir 'pasti ada cara yang belum kita coba di luar sana untuk mengatasi penyakit ini' jadi kemudian saya mencari informasi obat batuk rejan di Google dan mendapati alternatif pengobatan gua garam,"
 
"Dan ternyata setelah mencoba terapi ini batuk anak saya berkurang,"
 
Namun demikian, Direktur Eksekutif  Lung Foundation Heather Allan mengatakan dia mengembangkan pedoman berbasis bukti bagi pasiennya dan petugas klinis mengenai pengobatan alternatif seperti terapi garam dan dia tidak merekomendasikannya.
 
"Tidak ada bukti ilmiah yang mendukung manfaat dari terapi garam ini dalam bentuk gua garam atau ruangan penuh garam maupun menghirup uap garam," katanya.
 
"Saat ini tidak ada pedoman pengobatan resmi yang dikembangkan oleh lembaga resmi yang merekomendasikan penggunaan gua garam atau ruangan bergaram." katanya.
 
Allan mengatakan tidak ada bukti juga kalau gua garam tidak berbahaya, sebaiknya  udara yang hangat dapat menyediakan kondis yang baik untuk tumbuhnya bakteri.
 
Dia juga mengatakan Yayasan Paru-paru menerima banyak pertanyaan seputar keamanan dari terapi gua garam ini selama beberapa tahun belakangan.
 
"Saya rasa semakin banyak saja yang menawarkan terapi gua garam ini di internet,"
 
Allan menyarankan siapa saja yang memiliki penyakit gangguan pernafasan perlu berkonsultasi dari dokter umum."