Menteri Imigrasi Australia: Pulangkan Migran yang Tidak Butuhkan Perlindungan
Dalam pertemuan pengungsi internasional di Jenewa, Menteri Imigrasi Australia, Peter Dutton mengatakan pemerintah negara-negara perlu memperketat perbatasan dan mengirim migran yang tidak membutuhkan perlindungan ke negara asalnya, dengan segera.
Sebelumnya, panitia berharap negara-negara akan membuka pintu bagi para imigran dalam konferensi yang diselenggarakan oleh PBB.
Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon mendesak para pemimpin untuk menampung hampir setengah juta pengungsi Suriah untuk tiga tahun ke depan.
"Saya meminta Anda untuk memperbesar komitmen ini dan mendorong negara-negara lain untuk bergabung," katanya.
"Bila dikelola dengan baik, menerima pengungsi adalah bentuk kemenangan bagi semua orang."
Tapi dari 92 negara menghadiri pertemuan tersebut, hanya Italia, Swedia dan Amerika Serikat yang mengumumkan rencana mereka dengan nyata.
Sementara itu Menteri Imigrasi Australia, Dutton menekankan bahwa Australia telah membuat kontribusi yang signifikan.
Ia mendesak negara-negara lain untuk menjadi tegas terhadap mereka yang bukan pengungsi yang sah.
"Pengaturan pengelolaan perbatasan di semua negara harus diperkuat, untuk mengidentifikasi, mendaftar dan memproses pencari suaka," ujar Dutton.
"Dan orang yang ternyata tidak membutuhkan perlindungan harus dikembalikan ke negara asal mereka secepatnya," tambahnya.
Menteri Imigrasi Australia mengatakan mengirim orang ke negara asalnya menjadi sangat penting untuk sistem pemberian suaka yang adil dan kredibel.
"Karena hal ini bisa menghilangkan harapan bahwa datang ke suatu tempat akan mendapat tempat tinggal yang permanen, sehingga bisa memutus model penyelundupan manusia," katanya.
Komentar Dutton ini keluar menyusul tanggapan Perdana Menteri, Malcolm Turnbull soal serangan teror baru-baru ini di Brussels.
Minggu lalu, PM Malcolm Turnbull mengatakan serangan tersebut menunjukkan "melemahnya perbatasan" di Eropa. Ia memuji pendekatan yang ketat di negara Australia dalam mengawasi perbatasan.
Tapi, Menteri Imigrasi Peter Dutton mengatakan Australia akan berjanji menambah hingga US$8,5 juta dolar untuk UNHCR, komisi PBB untuk para pengungsi.
Menanggapi pertemuan itu, Gareth Harga-Jones dari yayasan Care International mengatakan konferensi telah menciptakan daya tampung bagi 6.000 pengungsi di negara-negara yang hadir.
Tapi menurutnya tanggapan ini sangat kurang.
"[Mungkin] lebih baik daripada tidak, tapi ketika Anda berpikir bahwa … ada sekitar 2.000 orang seminggu mengungsi ke Eropa dalam beberapa bulan terakhir, maka jumlah tersebut hanya sebanding dengan tiga minggu saja," ujar Harga-Jones.
Kelompok pemberi bantuan dan donor juga ikut mengkritik tanggapan internasional dalam konferensi tersebut.
Anita Bay, direktur advokasi internasional di lembaga Save the Children mengatakan adanya perubahan dari negara-negara dengan hanya memberikan bantuan dana, tetapi menolak mengambil para pengungsi.
"Komitmen seperti itu tidak ada," kata Bay.
"Ini benar-benar mengecewakan kalau dilihat dari tujuan pertemuan untuk menunjukkan solidaritas global dan berbagi tanggung jawab dengan para pengungsi Suriah, dan tentu dengan negara-negara tetangga mereka yang begitu murah hati mau menampung banyak pengungsi," ujarnya.
"Sebaliknya, ini menunjukkan bahwa masyarakat internasional tidak benar-benar menunjukkan solidaritas dan menunjukkan kepemimpinan moral yang diperlukan saat kita memiliki begitu banyak pengungsi Suriah yang membutuhkan perlindungan dan kehidupan."
Bay juga mengatakan fokus pada pengawasan ketat perbatasan telah mengorbankan perlindungan bagi hak-hak anak-anak, serta menghapus kesempatan bagi mereka untuk bersekolah.
Komisaris UNHCR, Filippo Grandi, mendesak lebih banyak negara yang mau meningkatkan kontribusi mereka.
"Kami harus menemukan cara untuk mengelola krisis ini dengan lebih manusiawi, terorganisir dan merata dan ini hanya mungkin terjadi jika masyarakat internasional bersatu dan sepakat untuk maju," katanya.
Konflik di Suriah yang sudah terjadi dalam lima tahun terakhir ini telah mendesak lima juta pengungsi yang nasibnya terombang-ambil di luar negeri.