Ketika Bahasa Indonesia Menjadi Pelajaran Wajib di Sekolah di Australia
Animo pelajar Australia untuk menguasai Bahasa Indonesia semakin tinggi. Di antaranya tercermin dari sebuah sekolah swasta bergengsi di Ibukota Australia, Canberra, yaitu Burgmann Anglican School (BAS), yang menjadikan Bahasa Indonesia sebagai pelajaran wajib bagi murid-muridnya.
Yang diwajibkan mempelajari Bahasa Indonesia di sekolah tersebut adalah murid-murid yang duduk di Taman Kanak-kanak (TK) hingga kelas 7, sedangkan bagi murid-murid kelas 8 hingga 12, Bahasa Indonesia menjadi bahasa asing pilihan.
Dalam rilis yang diterima ABC Australia Plus disebutkan, Duta Besar RI untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, hari Selasa (13/10/2015) bertemu dengan para murid setingkat SMP dan SMA di sekolah Burgmann Anglican School tersebut.
Pada pertemuan yang berlangsung di suatu ruang khusus pelajaran Bahasa Indonesia, Dubes Nadjib menyampaikan kebanggaannya melihat tingginya semangat murid-murid di Australia dalam mempelajari Bahasa Indonesia.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Canberra selalu memberikan dukungan penuh berbagai aktivitas yang dilakukan oleh sekolah-sekolah di Australia, termasuk Burgmann Anglican School, dalam mengembangkan Bahasa Indonesia.
Dubes Nadjib (duduk dua dari kanan) menyaksikan interaksi guru Ade Febriana dengan murid-murid BAS.
Dubes Nadjib menyambut baik kebijakan Burgmann Anglican School yang menjadikan Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran wajib. Dengan menguasai Bahasa Indonesia, Dubes Nadjib yakin akan tercipta sikap saling menghormati dan saling memahami yang lebih erat antar masyarakat Indonesia dan Australia.
Pada kesempatan tersebut, para murid berkesempatan mendemonstrasikan kemampuannya berbahasa Indonesia di depan Dubes RI dan Kepala Sekolah Burgmann Anglican School, Steven Bowers, melalui beragam kegiatan, baik dalam bentuk membaca, menerjemahkan hingga menjawab pertanyaan dalam program interaktif Bahasa Indonesia.
Turut hadir pada pertemuan tersebut adalah Ketua Centre for Defence and Strategic Studies, Australian Defense College, Ian Errington, yang juga fasih berbahasa Indonesia.
Menurut Kepala Sekolah Burgmann Anglican School, alasan utama dijadikannya Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran wajib adalah karena Indonesia merupakan negara besar yang sangat penting dan menjadi tetangga terdekat Australia yang memiliki tingkat dan prospek pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Sementara itu, salah seorang guru Bahasa Indonesia pada sekolah tersebut, yaitu Ade Febiana, yang telah mengajar Bahasa Indonesia di Burgmann Anglican School selama 9 tahun, menjelaskan bahwa total murid-muridnya yang saat ini sedang belajar Bahasa Indonesia berjumlah lebih dari 500 siswa, sedangkan para pengajar Bahasa Indonesia berjumlah dua orang, yakni dirinya dan seorang warga negara Australia.
Atase Pendidikan pada KBRI Canberra, Prof. Ronny Rachman Noor, menyampaikan bahwa pihaknya bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan, telah menyediakan tenaga 10 guru bantu Bahasa Indonesia setiap tahun di wilayah Canberra. Tenaga guru bantu tersebut merupakan para mahasiswa yang ditempatkan di sekolah-sekolah Australia.
Dubes Nadjib Kesoema sedang berinteraksi dengan murid-murid BAS.
Prof. Ronny menambahkan bahwa untuk meningkatkan minat siswa mempelajari budaya dan Bahasa Indonesia, KBRI Canberra juga secara rutin memberikan workshop budaya berupa pelatihan musik tradisional dan tari di sekolah-sekolah yang ada pembelajaran Bahasa indonesia.
Khusus Burgmann Anglican School, KBRI Canberra sudah sejak tahun 2008 mendukung minat pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah ini dengan meminjamkan seperangkat gamelan Bali.
Ketika para murid ditanya motivasi belajar Bahasa Indonesia, salah seorang murid bernama Saxon, siswa kelas 10, yang bercita-cita menjadi pengusaha sukses, berpendapat bahwa Bahasa Indonesia akan sangat penting bagi dunia bisnis. Sementara, murid lainnya, Hamish, mengaku bahwa Bahasa Indonesia sangat bermanfaat bagi dirinya yang berambisi kelak menjadi seorang diplomat.
Yang menarik, suasana Indonesia di Burgmann Anglican School sangat terasa. Di ruang khusus Bahasa Indonesia, semua murid diwajibkan berbicara dalam Bahasa Indonesia melalui stiker yang ditempel di dinding bertuliskan 'Keep Calm and Speak Indonesian'.
Di samping itu, ketika mengetahui kehadiran Dubes Nadjib yang didampingi Atase Pendidikan, Prof. Ronny Rachman Noor dan Koordinator Fungsi Pensosbud pada KBRI Canberra, Iwan Freddy Hari Susanto, sejumlah murid yang tengah beristirahat dan bermain-main, dengan serta merta langsung menyapa secara ekspresif ucapan seperti 'Selamat pagi Pak? Apa kabar?' dan 'Terima kasih'.
Kunjungan Dubes Nadjib ke Burgmann Anglican School ditutup dengan makan siang bersama dengan menu masakan Indonesia dan cemilan ringan khas Nusantara, yakni dadar gulung dan risoles.