Akun Twitter Angkatan Pertahanan Australia Salah Terjemahkan Pesan dalam Bahasa Arab
Akun Twitter yang digunakan Angkatan Pertahanan Australia untuk memerangi propaganda ISIS mengunggah twit dalam Bahasa Arab yang tidak bermakna l menurut pakar Bahasa Arab.
Angkatan Pertahanan Australia (ADF) mengunggah tweet itu sebulan lalu melalui akun twitter resmi ADF @fight_DAESH, tapi semangat mereka untuk merangkul penutur Bahasa Arab didunia maya justru berubah menjadi hal memalukan.
Daesh adalah akronim dalam Bahasa Arab untuk apa yang dinamakan Negara Islam Irak Suriah atau ISIS atau ISIL.
Tapi tweet dalam Bahasa Arab itu menurut Nesrine Basheer, pakar Bahasa dan Kebudayaan Arab dari Universitas Sydney bermakna lain dari pesan sebelumnya.
Terjemahan itu jika diartikan dalam Bahasa Inggris menjadi "In metal worthless global market, cannot with currency on the side, ISIS legal" atau 'Dalam pasar global logam yang tidak berharga, tidak bisa dengan mata uang di sisi, ISIS legal".
Menurut Basheer, seluruh tweet dalam Bahasa Arab yang diunggah akun @fight_DAESH tidak bermakna dan tidak masuk akal, dan hal ini justru merusak tujuan ADF hendak menarik kepercayaan para penutur Bahasa Arab.
"Mungkin sebagian dari pesan dalam Bahasa Arab yang diunggah di akun twiiter itu hanya 20 persen saja yang masuk akal, dan sebagian lagi tidak masuk akal, dan sisanya hanya susunan kata tidak bermakna," katanya.
"Jika saya seorang penutur Bahasa Arab dan tinggal di Negara Arab, maka saya akan mengatakan 'Mereka bahkan tidak peduli untuk memeriksa ulang pesan mereka dalam Bahasa Arab,"
"Itu merupakan hal pertama yang akan dikatakan seseorang, apapun latar belakang pendidikan mereka,'
"Orang yang berpendidikan sangat tinggi dan pengguna aktif twitter, mereka mungkin tidak bersedia lagi mengikuti akun ADF ini, hanya karena akun itu telah memberi infornasi yang salah atau akun itu dianggap tidak memberikan informasi apapun,"
Asosiate profesor yang juga analis keamanan, Professor James Brown, lebih baik hati dalam berkomentar, dengan mengatakan penting bagi ADF untuk ikut terlibat juga dalam perang informasi.
Sementara itu, Associate Professor Brown juga mengatakan akun ADF yang hanya memiliki 864 followers itu kesulitan menarik perhatian audiens karena tidak bisa mengkomunikasikan tujuannya dengan baik.
"Ini bukan masalah prbadi tapi aku itu tidak dikelola dengan benar, tidak ada siapa-siapa dibalik upaya itu,"
"Pesan itu seperti diunggah oleh pejabat anonim jadi akan sulit membangun kepercayaan, padahal itu merupakan inti dari upaya mereka menangkal propaganda ISIS di internet,"
Dia mengatakan ADF akan perlu membuat sejumlah perubahan pada akun twitternya untuk meningkatkan relevansi dan pengaruhnya di lini masa Twitter.
"Sebagai langkah awal, saya kira mereka harus mampu menjangkau orang-orang agar mereka tidak men-tweet ke ruang hampa," katanya.
"Jadi mereka harus berusaha memberitahukan orang mengenai akun apa ini. Mereka sudah mulai melakukan itu tapi itu terjadi setelah insiden tweet ini terjadi,"
"Kedua, Anda perlu sumber daya untuk melakukan hal ini dengan benar, Anda harus memiliki ahli budaya, Anda harus memiliki penerjemah – Anda tidak dapat melakukannya dengan murah.