Sate Padang Jadi Favorit di Festival Sate di Melbourne
Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, Indonesian Satay Festival digelar pada awal bulan Mei di Kota Melbourne. Masih mengambil tempat di Balaikota Box Hill, dalam acara ini kuliner Sate Padang menjadi favorit pengunjung.
Perkumpulan Warga Indonesia di Victoria, Australia, atau Perwira menggelar Indonesian Satay Festival, hari Minggu (10/05).
Festival sate ini sudah mulai dipadati pengunjung sejak pukul 11 pagi waktu setempat.
Acara dibuka dengan penampilan kelompok band yang diberi nama Asbun, pimpinan Imam Soepardi.
Sepanjang festival, panggung tidak pernah kosong dari beragam jenis penampilan. Ada sekitar 10 tarian dan kesenian yang berasal dari Indonesia yang ditampilkan.
Simak serunya festival sate tahun ini di sini.
Orkestra Jawi Waton Muni, salah satu pengisi acara Indonesian Satay Festival. Foto: ABC International.Tarian yang ditampilkan pun cukup beragam, dari Tari Indang asal Sumatera Barat, Tari Merak dari Jawa Barat, hingga Tarian Bali.
Penampilan kendang dan Pencak Silat pun menjadi salah satu penampilan yang banyak mendapat sambutan penonton. Mereka terpukau dengan aksi beberapa warga Australia yang ikut mempertunjukkan kemampuan bela diri khas Indonesia tersebut.
Kelompok kendang yang mengiringi sejumlah tarian dan pencak silat. Foto: ABC International.
Dan seperti namanya, cukup banyak yang berjualan sate di festival ini.
Ada sekitar 25 penjual makanan yang ikut meramaikan festival sate. Tentunya, tidak semua menjual sate.
Para pengunjung bisa membeli batagor, pempek, nasi padang, nasi rames, jajanan pasar, hingga aneka macam minuman tradisional, seperti cendol.
Harga makanan rata-rata dijual $8 – $10 atau sekitar Rp. 80.000 – Rp. 100.000 per porsi.
Salah satu makanan yang paling laku adalah Sate Padang yang dibuat oleh perkumpulan warga dari Nagari Sulit Air, Sumatera Barat.
Kelompok yang menamakan diri Sulit Air Sepakat, atau SAS ini mengaku telah laku menjual lebih dari 1000 tusuk sate padang.
"Alhamdulillah lebih dari 250 porsi Sate Padang terjual dan kami juga menjual banyak sekali nasi kapau," ujar Rahma Dewi Ilyas, dari kelompok SAS.
Pagelaran busana yang menampilkan beragam jenis batik khas Indonesia. Foto: ABC International.Dari sensus terkahir yang dilakukan oleh Departemen Sosial di negara bagian Victoria, jumlah warga Indonesia yang berada di negara bagian Victoria mencapai hampir 16.000 orang.
Ajang seperti festival sate ini memberikan banyak pengetahuan budaya, bagi warga Indonesia atau keturunan yang lahir di Australia, selain tentunya bagi warga lokal.
"Saya senang sekali, selalu datang ke acara ini sejak kecil. Sangat beragam budaya Indonesia dan sangat kaya. Indonesia tentunya bukan hanya Bali saja," ujar Yane yang memiliki darah keturunan Indonesia dan Australia.
"Untuk pertama kalinya, saya melihat banyak warga Indonesia yang berkumpul dalam satu acara bersama. Ini mengingatkan saya pada budaya kebersamaan," ujar Fernando yang baru belajar Bahasa Indonesia pada bulan Januari lalu.
Sementara itu Laura, warga Melbourne yang juga berpartisipasi dalam acara pagelaran busana batik mengaku sangat terkesan dengan cara berpakaian para pengunjung.
"Sangat berwarna, mereka yang hadir ikut berdandan dengan indah, saya melihat batik dimana-mana," ujar Laura.
Acara Festival Sate tahun ini sedikit berbeda, karena digelar lebih panjang dari jam 11 pagi hingga 8 malam.
Untuk pertama kalinya pula, festival sate menggelar sejumlah workshop bagi para pengunjung, termasuk yang ingin mempelajari musik angklung dan beberapa jurus dasar dari pencak silat.
Laura (kanan) dan Yana (kiri) bersama teman-teman menikmati Indonesian Satay Festival. Foto: ABC International.