Genjot Tingkat Reproduksi, Ilmuwan Australia Teliti Pola Pergaulan Sapi
Para peneliti di Queensland mencoba untuk mencari tahu apakah sapi bergaul dengan sesamanya, hal ini dilakukan untuk meningkatkan tingkat reproduksi dalam industri daging sapi di Australia utara.
Profesor Dave Swain dari Universitas Queensland Sentral di Rockhampton memimpin penelitian yang menggunakan alat pelacakan untuk memantau perilaku sosial dan kelompok dari para ternak.
"Kami benar-benar berfokus pada kinerja reproduksi dan saya kira reproduksi adalah peristiwa yang sangat sosial. Ini melibatkan pertemuan sapi betina dan jantan, tapi kami juga mengeksplorasi hal-hal seperti perilaku induk sapi dan bagaimana sapi merawat anak-anaknya," jelasnya.
Para ilmuwan mencari cara untuk membuat teknologi ini lebih luas tersedia bagi para peternak.
Profesor Dave mengatakan, tim peneliti "sangat bersemangat" oleh sejumlah hasil yang telah mereka dapatkan.
Ia telah menggunakan berbagai teknologi untuk memanfaatkan informasi tentang perilaku sosial di Pusat Penelitian Ternak Belmont, di utara Rockhampton, yang dimiliki oleh kelompok lobi pedesaan ‘AgForce’.
Ia mengatakan, industri susu telah menggunakan ukuran kinerja harian untuk meningkatkan produksi, tetapi industri daging sapi memiliki beberapa tantangan yang unik.
“Tujuan besarnya di sini adalah, kami ingin meningkatkan tingkat reproduksi pada industri daging sapi di wilayah utara, dan kami pikir, satu-satunya cara untuk benar-benar melakukannya adalah untuk mendapatkan informasi yang lebih baik tentang kondisi reproduksi harian mereka,” terang sang Profesor.
Kalung sosial teliti pola pergaulan sapi
Profesor Dave telah memasangkan -apa yang ia sebut sebagai- ‘kalung sosial’ ke para ternak, untuk melacak setiap pergerakan mereka. Kalung ini dapat menyimpan informasi selama beberapa minggu.
Ia mengatakan, salah satu temuan yang menarik adalah ketika sapi betina mengasuh anak, mereka cenderung menghabiskan waktu dengan induk sapi lainnya yang memiliki anak dengan usia yang sama.
"Ini sedikit seperti ketika Anda pergi ke ibu Anda dan kelompok balita lainnya- Anda berinteraksi dengan sekelompok ibu dan terus bersama dengan mereka semua melewati masa kanak-kanak putra Anda hingga melewati jenjang SMP dan SMA," umpamanya.
Ia mengatakan, kalung sosial tersebut adalah alat penelitian, tetapi ia bekerja untuk menciptakan teknologi yang lebih hemat biaya dan, dengan demikian, lebih banyak tersedia.
"Kami menggunakan beberapa teknologi berbasis lokasi, yang ditempelkan ke telinga. Kami mampu melacak hewan di sekitar lokasi dan mendapatkan masukan tiap 10 menit,” terang Prof. Dave.
Ia menambahkan, "Sekarang, sementara ini sedikit seperti GPS, alat ini sedikit berbeda dan menggunakan sinyal radio transmisi dan serangkaian antena untuk mendapatkan lokasi dan lebih hemat biaya dan praktis ketimbang kalung penelitian tadi."
Kalung dan alat lacak juga digunakan bersamaan dengan alat identifikasi frekuensi radio yang ditempel di telinga (RFID) yang merupakan bagian dari Sistem Identifikasi Ternak Nasional (NLIS) dan dikombinasikan dengan sistem penimbang berjalan.
"Ketika kami sudah mendapatkan pembaca RFID di titik yang berair, kami sebenarnya bisa menggunakan keterhubungan itu ketika mereka datang ke air, dan menggunakan perbedaan waktu di antara masing-masing hewan sebagai ukuran interaksi sosial," kemuka Profesor Dave.
Ia menyambung, "Tim kami sedang mencari produsen yang ingin mulai bekerja dengan universitas untuk menguji dan menyempurnakan sistem pengasuhan NLIS."