Di Hari Anzac, Pelaku Teror Berencana Rampas Senjata Polisi dan Tembak Warga
Seorang pejabat keamanan yang mengetahui operasi kepolisian Australia untuk menggagalkan serangan teror Hari Anzac mengatakan rencana teror itu meliputi penyerangan terhadap polisi dan kemudian membunuhnya dengan pisau.
Kepada program 7.30 ABC, pejabat tersebut mengatakan mereka yang berada dibalik rencana serangan teror ini kemudian bermaksud merampas senjata polisi dan melakukan penembakan membabi buta ke arah warga dan akan diakhiri dengan tembakan bunuh diri si pelaku penyerangan.
Pejabat kontra-terorisme Australia saat ini masih menyelidiki kaitan antara warga Australia yang paling senior dengan kelompok militant ISIS, Neil Prakash dan sekelompok remaja Melbourne yang menjadi sasaran dari penangkapan pada Sabtu lalu.
Prakash yang berusia 23 tahun, dengan latar belakang keturunan Fiji-India dan Kamboja ini memeluk agama Islam dan kemudian pergi ke Suriah pada tahun 2013, dimana dia kemudian mendapatkan nama Abu Khalid al Cambodi.
Prakash sekarang diduga menjadi kepala perekrutan warga Australia untuk menjadi pendukung ISIS, Ia mengisi jabatan itu setelah sempat kosong menyusul tewasnya Mohammaed Ali Baryalei dalam peperangan di Suriah tahun lalu.
"Tampaknya Prakash berhasil memasuki jenjang jabatan Baryalei Mark II, dan itu merupakan posisi yang sangat signifikan,” kata Greg Barton, Direktur Pusat Riset Global Terorisme Universitas Monash.
"Posisi ini menempatkan dia pada posisi seperti Baryalei pendahulunya yang merupakan warga Australia yang menduduki kelas paling tinggi di kalangan ISIS,:
Sementara otoritas Australia meyakini Prakash memiliki peran pentig pada rencana serangan teror pada Hari Anzac.
"ISIS itu seperti komet berekor panjang – komet semacam ini memilik inti yang sangat rapat dan kemudian rantai yang panjang, dan tampaknya Prakash tepat berada di inti komet itu,”
"Dan kelompok media inti yang ada di Suriah itu merupakan Dewan Media, Prakash sepertinya terlibat dengan mereka dan juga lembaga perekrutan ISIS,”
"Jadi, apa pun yang dia mungkin katakan pasti sedikit banyak datang atas perintah dari tingkat atas,”
Polisi mengatakan seluruh remaja pria yang terlibat dalam rencana serangan teror di Hari Anzac memiliki kaitan dengan Islamic Center di Melbourne yang controversial, Al Furqan.
"Al-Furqan dan sejumlah Islamic Center lainnya di Australia sekarang ini telah menjadi perhatian kami," kata Kepala Kepolisian Victoria Asisten Komisaris Steve Fontana.
"Ini lebih mengenai beberapa orang yang mencoba mempengaruhi orang-orang muda ini, dan mereka adalah orang-orang harus menjadi perhatian nyata.
"Mereka adalah [Orang-orang] yang telah menganut paham ekstrim dan mencoba untuk merekrut dan melibatkan orang lain dalam kegiatan mereka."
Pada hari sabtu (18/4), kepolisian Victoria menangkap sejumlah orang yang diduga merencanakan serangan teror. Salah satunya adalah Sevdet Besim, yang didakwa berkonspirasi merencanakan serangan teror.
Sementara satu orang lainnya yang tidak diungkapkan identitasnya, ditahan tanpa dakwaan apapun atas perintah penahanan pencegahan tanpa dakwaan.
Terkait dengan rencana serangan teror ini, di Inggris Kepolisian Manchester menangkap seorang remaja pria berusia 14 tahun yang diduga melakukan komunikasi dengan remaja dan seorang pria di Australia.