Ribuan Warga Tolak Wacana Penutupan Komunitas Aborigin di Pedalaman
Ribuan warga berkumpul di pusat Kota Melbourne untuk ambil bagian dalam aksi menolak wacana penutupan komunitas warga Aborigin di pedalaman oleh pemerintah federal Australia.
Aksi unjuk rasa ini merupakan respon penolakan warga atas pernyataan Perdana Menteri Tony Abbott bulan lalu. Ketika itu Abbott menyatakan dirinya mendukung kebijakan Pemerintah Australia Barat untuk menutup hampir setengah dari 247 komunitas warga Aborigin yang berada di pedalaman.
Abbott mengatakan anggaran yang harus disediakan pemerintah untuk warga Aborigin yang tinggal di kawasan terpencil seperti pendidikan, dan skema kesejahteraan lainnya sangat tidak masuk akal.
"Kita tidak bisa selamanya memberi subsidi untuk membiayai ‘gaya hidup’ mereka, jika pilihan gaya hidup semacam itu memang terbukti tidak kondusif sebagai bentuk partisipasi masyarakat Australia sepenuhynya yang harus dimiliki semua orang,”
Pernyataan Perdana Menteri Abbott ini langsung menuai kecaman luas terutama dari pemimpin warga Aborigin dan juga kedua belah pihak politisi di Australia.
"Saya kita pernyataaan PM Abbott sangat mengecewakan dan jujur itu merupakan pernyataan yang memalukan bagi sosok perdana menteri," kata pemimpin masyarakat pribumi Aborigin, Noel Pearson kepada ABC.
Ketua Dewan Penasehat Menteri Urusan Warga Pribumi, Warren Mundine mengatakan masalah ini 'tidak semudah' seperti yang digambarkan Perdana Menteri.
"Ini merupakan isu terkait warga Aboirigin yang tinggal di tanah leluhur mereka dan itu mempengaruhi banyak hal, mulai dari identitas mereka sebagai warga pribumi di benua Australia dan juga sejumlah area lainnya," kata Pearsons.
"Ini tidak sesederhana yang digambarkan PM Abbott, jika seseorang dari Sydney memutuskan untuk mengubah sebuah pohon dan langsung pergi dan memutuskan untuk menetap di pedalaman. itu merupakan keputusan terkait hidup mereka, itu keputusan mengenai identitas mereka dan juga seluruh bagian dari kebudayaan mereka.
Aksi unjuk rasa ini dimulai pukul 16.00 sore waktu setempat termasuk menggelar upacara pengasapan di sejumlah perempatan jalan di depan Stasiun Flinders Street.
Laman media sosial yang mengkampanyekan aksi unjuk rasa ini mendesak masyarakat untuk ikut terlibat dalam menyuarakan ‘kemarahan’ mereka atas rencana pemerintah melakukan penutupan komunitas warga pribumi pertama di seluruh benua Australia.
Penyelenggara event ini mendesak kelompok ‘politisi kiri’ untuk tidak menggunakan aksi unjuk rasa ini sebagai upaya mempromosikan menggalang keuntungan.
Aksi unjuk rasa ini menyebabkan sebagian besar sarana transportasi publik tertunda akibat ruas jalan di Flinders Street dan St Kilda untuk sementara ditutup. Begitu juga dengan layanan tram dalam kota Melbourne.