ABC

Program Pencegahan Propaganda Radikalisme di Media Sosial Tidak Efektif

Pemerintah Australia akan menggelontorkan dana senilai $18 juta untuk mencegah pengaruh propaganda kelompok ekstrim di media sosial. Namun sejumlah analis media sosial menilai kebijakan ini tidak akan efektif.

Jaksa Agung Federal, George Brandis mengatakan program yang didanai pemerintah itu akan mencakup pengawasan setiap saat kegiatan di media sosial dan juga penyusunan strategi kontra-narasi.
 
Nicole Matejic merupakan penasehat operasi informasi krisis militer internasional dan jihad media sosial telah memberikan masukan kepada pemerintah dan militer di seluruh dunia.
 
Berbicara dalam program The World Today di ABC TV, Matejic mengatakan saat ini lebih penting pemerintah Australia mengatasi isu-isu sosial yang dapat mendorong orang untuk memiliki keyakinan ekstrim.
 
"Saya pikir mendekati propaganda dengan propaganda tampaknya bukan strategi yang akan berhasil," kata Matejic.
 
"Saya pikir Anda harus melihat lebih holistik bagaimana orang-orang, dan bagaimana anak-anak ini, sebenarnya dapat mencakup ke dalam masyarakat Australia dan komunitas didalamnya dan merasa dihargai dan merasa ikut sakit hati dan pemerintah harus melakukan sesuatu untuk mengatasi isu-isu  tersebut langsung ke sumbernya daripada hanya mencoba mengatasi dampak dari kontra narasi yagng terdapat diujung proses radikalisasi,"
 
Matejic tengah berada di Australia untuk menghadiri forum yang membahas ekstremisme dan media sosial yang diselenggarakan oleh Pusat Riset Keamanan Australia di Canberra pekan ini.
 
Hadir juga dalam konferensi itu Anooshe Mushtaq, seorang Muslim Australia yang tinggal di Pakistan dan Libya sejak kecil sebelum akhirnya menetap di Australia dengan keluarganya.
 
Mushtaq mengatakan Australia harus memiliki fokus yang kuat dalam melibatkan masyarakat untuk menangkal kasus ini dan begitu juga dengan kalangan muslim moderat harus bisa menjangkau anak-anak muda Muslim yang rentan terhadap radikalisasi.
 
"Penting untuk memahami strategi yang dimainkan oleh kelompok militan ini dan komunitas yang dapat membantu memahami dan menterjemahkan pesan-pesan yang disampaikan oleh kelompok militan ini adalah umat muslim juga, jadi semakin cepat kita bisa melibatkan masyarakat muslim, semakin baik" katanya.
 
Matejic juga mengatakan kelompok ekstrim seperti ISIS memiliki taktik online yang khusus dan canggih sehingga melawan propaganda mereka itu begitu sulit.
 
"Ini adalah situasi perang yang sangat simetris, dan mereka menggunakan media yang sama dengan kita, sehingga kita 'bermain' di level yang sama,"
 
"ada banyak kompleksitas yang terlibat dalam perang simetris ini, bukan hanya di medan peperangan tapi juga di internet."
 
Dia menambahkan media sosial digunakan untuk menyebarluaskan pesan-pesan dari kelompok ekstrimis.
 
"Media sosial pada dasarnya digunakan sebagai alat propaganda. Kami mendapati ada banyak aksi propaganda menggunakan Facebook dan Twitter yang berusaha untuk mempengaruhi orang baik itu agar mendukung mereka, pergi ke Suriah atau Irak ataupun berjuang untuk mereka  atau hanya untuk mendorong mereka melakukan aksi kekerasan di negara mereka,"
 
Namun pesan itu tidak hanya mengenai radikalisme dan kebrutalan tapi juga soal 'gaya hidup'. Dan menurut matejic kelompok ekstrim kerap menyasar orang-orang yang terhubung dengan komunitasnya.
 
"Mereka menyasar orang yang tercerabut atau tidak merasa puas dengan kelompoknya dan mereka juga mengkampanyekan gaya hidup dalam arti luas sehingga Anda tertarik,"
 
"Sehingga apa yang mereka nilai tidak memuaskan katakanlah di Australia, mereka bisa mendapatkan keberadaan muslim yang seutuhnya di Irak,"
"Dan hal inilah yang sangat menarik bagi orang-orang muda yang mungkin merasa tidak puas dengan masyarakat mereka sendiri di Australia."
 
Anooshe Mushtaq menambahkan bahwa media sosial juga digunakan oleh kelompok-kelompok ekstremis untuk mempromosikan versi mereka tentang Islam.
 
Matejic mengatakan investasi untuk melakukan langkah-langkah pencegahan melalui pendidikan akan sangat berguna.
 
"Kita perlu melakukan pencegahan di sekolah-sekolah dan sistem kesehatan, dengan melibatkan sektor itu dan menerapkan mekanisme yang sesuai jadi jika guru atau perawat atau dokter merasa kalau anak itu rentan dan menunjukan perilaku tertentu, maka mereka akan tahu kemana mencari bantuan,' katanya.
 
Matejic juga mengatakan meski upaya pencegahan propaganda kelompok teroris di internet itu penting, namun langkah itu menurutnya tidak akan menjelaskan mengapa orang bisa berubah ke ideologi ekstrim.
 
"Cara semacam ini tidak akan berhasil tanpa mengetahu secara keseluruhan penyebab yang mendorong orang muda terjebak dalam radikalisasi," katanya.
 
Tapi Mushtaq mengatakan meski sejumlah  warga Australia Muslim memang merasa terisolasi, masyarakat dan pemerintah harus bekerja sama untuk melawan ekstremisme.