ABC

Akademisi Australia Tulis Buku Tentang Sultan Hamengkubuwono IX

Seorang akademisi dari Australian National University (ANU) John Monfries meluncurkan buku mengenai mantan wakil presiden Indonesia Sri Sultan Hamengkubuwono IX di gedung KBRI di Canberra, Senin (23/3/2015). Buku berjudul A Prince in A Republic (Seorang Sultan di Dalam Sebuah Republik) sekaligus dibedah dalam diskusi yang dihadiri Dubes Nadjib Riphat Kesoema.

Buku tersebut menceritakan kisah kehidupan dan karir politik Hamengkubuwono IX (HB IX), ayah dari Sultan Yogyakarta sekarang.

Menurut rilis yang dikeluarkan oleh KBRI Canberra, sekitar 100 orang tamu undangan hadir pada kegiatan  tersebut, di antaranya para akademisi dari sejumlah universitas ternama di Australia, pejabat pemerintah Australia, mahasiswa/pelajar, pemerhati isu tentang Indonesia, sahabat (friends of Indonesia) dan Diaspora Indonesia.

Diskusi membahas sosok HB IX sebagai salah satu pendiri Indonesia moderen yang mana dirinya tetap dapat mempertahankan dinasti kesultanan Yogyakarta sambil konsisten membantu kemerdekaan dan pembangunan Republik Indonesia.

Penjualan buku A Prince in a Republic dan penandatanganan oleh pengarangnya. (KBRI Australia)

Dalam sambutan pembukaannya, Duta Besar Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema menyampaikan terima kasih dan apresiasinya kepada penulis John Monfries dan istrinya Isti Monfries, yang selama berpuluh tahun selalu bermitra dengan KBRI dalam memperkenalkan budaya Indonesia di Australia dan membangun rasa dan sikap saling memahami di antara masyarakat Indonesia dan Australia.

John Monfries akademisi sekaligus mantan diplomat Australia yang mendalami sejarah Indonesia, banyak berbagi pandangan yang kritis dan membangun mengenai hubungan Indonesia dan Australia. Begitu pula Isti Monfries melalui sanggar tarinya di Canberra, mengajarkan berbagai tarian tradisional Indonesia kepada muda-mudi Indonesia dan Australia di Canberra, dan membantu KBRI dalam berbagai acara festival budaya.

Dubes Nadjib, pada kesempatan tersebut, juga berbagi pandangannya mengenai HB IX dengan mengutip pandangan Presiden Joko “Jokowi” Widodo: “Saya belajar dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengenai filosofi administrasi negara, yaitu Tahta untuk Rakyat di mana tugas negara adalah melayani kepentingan rakyat.”

John Monfries sedang menjelaskan buku Sultan Hamengkubuwono: A Prince in A Republic.(KBRI Australia)

Buku ‘A Prince in A Republic’ diambil dari tesis John Monfries ketika mengambil studi PhD mengenai sejarah Indonesia di ANU, dan lebih menyerupai sebuah biografi HB IX yang berusaha menjelaskan mengenai aliran politik, motivasi dan prestasi yang diraih HB IX di jamannya mulai dari jaman penjajahan Belanda, pendudukan Jepang, agresi militer Belanda sampai dengan era Order Baru di bawah kepemimpinan mantan Presiden Soeharto.

Setelah membaca buku ini, Anda akan tahu siapa dan bagaimana HB IX bertahan dan apa yang membuat HB IX berbeda dengan politisi lainnya di jamannya,” ujar penulis John Monfries.

Dutabesar Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema (dua dari kanan di depan) termasuk yang hadir. (KBRI Australia)

Dengan moderator Atase Pendidikan KBRI Canberra Ronny Rachman Noor, para peserta diskusi berbagi pandangan kritis mengenai sikap politik HB IX yang paradoks dan ambigu. HB IX di satu sisi dikenal sebagai sosok yang sangat nasionalis dan mendukung penuh Republik Indonesia baik sebelum dan di saat dirinya menjabat sebagai menteri maupun wapres di era Soeharto.

Namun di sisi lainnya HB IX sangat mempertahankan kesultanan Yogyakarta. Diskusi juga membahas hal-hal seperti keterlibatan HB IX pada peristiwa Madiun (1948), mengapa HB IX dapat bertahan lama sebagai wapres di era Soeharto, dll.

“Ada sejumlah teka-teki di buku yang tidak bisa saya jawab seperti Peristiwa Madiun dan kedekatan hubungannya dengan Soeharto, dikarenakan bukti dan data yang kurang memadai,” John mengakui. Namun di luar teka-teki tersebut, “jika Anda bertanya kepada masyarakat Indonesia: ‘siapa tokoh paling terkenal pada periode 1940an-1980an’, kebanyakan pasti menjawab Sultan HB IX,” ujar John dalam rilis dari KBRI yang diterima oleh ABC Australia Plus Indonesia.

Para peserta diskusi sangat antusias selama sesi tanya-jawab. Usai diskusi, diadakan resepsi untuk menjalin jejaring (networking reception) ditemani suguhan hidangan lezat Nusantara, seperti sate ayam, sup ayam, dll. Para tamu juga berkesempatan membeli buku HB IX yang juga akan diluncurkan di Yogyakarta bulan April mendatang oleh Sultan Hamengkubuwono X, putera dan penerus tahta HB IX.

Adapun penulis John Monfries mengambil jurusan bahasa Indonesia dan sejarah Asia Tenggara di ANU. Setamat kuliah, John bekerja di Kemenludag Australia selama 30 tahun dan sudah enam kali penempatan di luar negeri, yaitu di Indonesia, Papua Nugini, Korea, Brunei, Filipina dan Belanda.

Setelah pensiun, John mengambil studi PhD dan lulus tahun 2006 dengan tesis mengenai kehidupan HB IX yang menjadi cikal bakal buku ‘A Prince in A Republic’.

Beberapa tahun belakangan ini, John menjadi dosen tamu di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, mengajar diplomasi.