ABC

Perempuan Australia Antusias Ingin Jadi Supir Truk

Pengemudi truk berperan besar dalam distribusi segala keperluan yang dibutuhkan masyarakat Australia yang tinggal di pedalaman, namun hingga kini sektor ini masih didominasi kaum pria. Padahal jumlah supir truk pria di Australia masih sangat kurang, sekelompok pengemudi truk di Pilbara berusaha menarik minat perempuan untuk menekuni profesi yang didominasi pria ini.

Kiri - kanan : Pilbara Heavy Haulage Girls (PHHG)  Candice, Heather dan Lyndal berdiri didepan truk berat yang mereka gunakan dalam pelatihan. .

 

Industri pengemudi truk tidak ditujukan bagi mereka yang berhati lemah, mengingat jam pekerjaan mereka sangat panjang, mengangkut muatan yang besar dan kerap harus berhadapan dengan cuaca yang tidak bersahabat.
 
Mayoritas pengemudi truk di Australia memang pria, namun sekelompok pengemudi truk di Pilbara, Australia Barat  berusaha melakukan pencampuran gender di profesi mereka dengan menggelar program pelatihan yang menargetkan wanita yang berminat menekuni profesi pengemudi truk.
 
Program yang diberinama Pilbara Heavy Haulage Girls (PHHG) menawarkan pelatihan bagi wanita yang mau berlatih mengemudi truk selama 160 jam.
 
Pelatih mengemudi dalam program ini, Lyndal Denny, mengatakan program ini merupakan bagian dari komitmen kelompok pengemudi mereka untuk meningkatkan jumlah pengemudi truk wanita di Australia.
 
"Saat ini berdasarkan riset kami diketahui jumlah pengemudi wanita terendah yakni hanya 1 persen berada negara-negara bagian di kawasan Timur Australia dan sekitar 10 persennya ada di kawasan Barat," katanya.
 
"Kami harus bekerja keras untuk mengubah kebudayaan yang ada saat ini di kalangan pengemudi truk dan mendorong lebih banyak wanita untuk berkarir di sektor mengemudi kendaraan berat,"
 
Kepala PHHG, Heather Jones, telah menjadi pengemudi truk lebih dari 25 tahun.
 
Menurutnya salah satu kendala yang kerap dihadapi wanita untuk bergabumg dalam industri kendaraan berat ini adalah sikap dari sejumlah bagian personalia di perusahaan transportasi.
 
"Bagian personalia tidak memberikan kita peluang dan karenanya kita tidak mendapatkan pengalaman," katanya.
 
"Jadi kita hanya berusaha mendidik industri ini dan pengguna jalan kalau kaum wanita juga bisa melakukan pekerjaan pengemudi truk,'
 
"Kami hendak membantu pengemudi laki-laki, bukan untuk bersaing, karena pada dasarnya kami kekurangan pengemudi truk pria,"
 
Sejauh ini perkumpulan ini telah mendidik 30 orang perempuan yang mengikuti program ini.
 
Salah satu peserta program pelatihan, Candice, dari Brisbane, telah 2.500 kali melamar pekerjaan sebagai pengemudi truk selama 10 tahun terakhir, namun tidak pernah diterima sebelum mengikuti program ini.
 
"Candice telah mengemudi truk selama dua tahun tapu ingin mengemudikan truk yang lebih besar,"
 
"Sepengetahuan kami dia merupakan pengemudi truk wanita pertama di MC [multi-combination] yang tuna rungu atau tuli," tambahnya.
 
"Tiga bulan sebelum dia tiba, dia belajar gaya Bahasa tuna rungu Auslan dan sampai sekarang pekerjaannya berjalan lancar,"
 
Selain menguasai bahasa isyarat, Candice juga bisa membaca gerak bibir dan berkomunikasi dengan koleganya dengan menggunakan papan tulis, email dan pesan singkat.
 
PHHG berharap dapat mendirikan institut pelatihan tahun ini yang memungkinkan mereka untuk meningkatkan jumlah peserta pelatihan antara 80 hingga 100 perempuan yang berminat menjadi pengemudi truk setiap tahunnya.
 
"Kami masih dalam tahap pembentukan saat ini, tapi sudah ada 300 perempuan dalam daftar tunggu kami," kata Lyndal Denny.
 
"Mereka adalah perempuan dari berbagai kawasan di Australia dan mengatakan hal yang sama yaitu mereka antusiasi dan berani, dengan bermodalkan ijin mengemudi yang relevan saja mereka tidka bisa memulai karir mereka di industri transportasi kendaraan berat.
 
"Jadi mereka akan mendatangkan para gadis ini ke Barat, melatihnya dan mempromosikan mereka ke pengguna di sektor transportasi untuk mencegah terjadinya kelangkaan supir truk di industri ini di masa depan.