ABC

Maskapai Qantas Kembali Bukukan Laba Setelah Rugi Rp 30 Triliun

Maskapai penerbangan Australia Qantas berhasil membukukan laba sebesar 203 juta dolar (sekitar Rp 2 triliun) untuk masa keuangan pertengahan tahun pertama. Ini merupakan prestasi besar mengingat Qantas tahun sebelumnya menderita kerugian 2,8 miliar dolar (sekitarRp 30 triliun).

CEO Qantas Alan Joyce kepada pers Kamis (26/2/2015) mengumumkan laba ini didorong oleh jatuhnya harga bahan bakar serta berjalannya program penghematan di perusahaannya.

Kalangan investor di bursa langsung menyambut hasil ini terlihat dari meningkatnya harga saham Qantas sebesar 6,8 persen di awal masa perdagangan.

Hingga pukul 10:30 pagi, harga saham Qantas perlembarnya mencapai 2,92 dolar, jauh lebih baik dibandingkan harga sebelumnya yang pernah mencapai nilai terendah 95 sen pada Desember 2013.

Prestasi keuangan Qantas ini, menurut Joyce, didorong penghematan dalam program transformasi perusahaan senilai 2 miliar dolar (Rp20 triliun). Di samping itu, juga karena faktor turunnya harga BBM serta membaiknya hasil penjualan domestik dan internasional.

Di antara program penghematan Qantas adalah pemotongan anggaran, pembekuan kapasitas serta pemberhentian 5000 karyawan.

Qantas memperkirakan akan meraih laba hingga 875 juta dolar (Rp 8,7 triliun) hingga bulan Juni mendatang.

"Hasil terbaik pertengahan tahun dalam empat tahun terakhir ini karena fokus kami pada program transformasi Qantas yang menyeluruh," jelas Alan Joyce lagi.

Qantas menjelaskan semua segmen operasi perusahaan mendatangkan laba saat ini. Divisi internasional misalnya menghasilkan 59 juta dolar, sementara divisi domestik 57 juta dolar.

Qantas juga menyatakan perusahaan diuntungkan sebesar 59 juta dolar dari penghapusan pajak karbon yang sebelum berlaku di Australia.