Terima Kasih Darwin, Untuk Pengalaman Berkesan
Bram Purwadi, mahasiswa Fakultas Hukum UGM, berkesempatan mengikuti kursus singkat soal hukum suaka dan migrasi di Darwin, Australia, pertengahan Januari 2015. Ia terkesan dengan kota itu, dan membagi pengalamannya berikut ini.
Australia adalah salah satu negara yang saya sukai. Dua tahun silam saya pergi ke Brisbane untuk melakukan pertukaran pelajar yang diselenggarakan oleh lembaga pengajaran bahasa Inggris, English First.
Karenanya benua ini sudah tidak asing lagi bagi saya. Senang sekali rasanya bisa kembali lagi ke Australia, merasakan kondisi kultur yang sedikit banyak berbeda dengan indonesia.
Banyak pula hal baru yang saya dapat di sini. Dari pelajaran kampus, bagaimana kultur warga yang tinggal di Australia, dan lainnya.
Kali ini saya mengunjungi kota Darwin, di Northern Territory, atau Kawasan Utara Australia. Saya mengikuti program kursus singkat di Charles Darwin University (CDU).
Kursus singkat ini saya anggap sebagai salah satu jalan untuk menempuh cita-cita. Meskipun mata kuliah yang diajarkan di sini berbeda dengan disiplin ilmu yang saya pelajari di Universitas Gadjah Mada (UGM), saya mengambil konsentrasi Business Law. Sementara CDU memberikan pelajaran tentang hukum suaka dan migrasi, tapi justru di situ menariknya.
Darwin adalah kota yang sangat baik, tidak terlalu padat penduduk dan cocok untuk belajar. Semua orang yang saya temui di Darwin sangat ramah, hampir semua dari mereka, yang bahkan tidak saya kenal, begitu baik dan welcome ketika diajak berbicara.
Tinggal di Darwin selama beberapa hari ini tidak hanya saya habiskan untuk belajar. Sesuai dengan apa yang saya cita-citakan, yakni menjadi lawyer, atau pengacara, tentunya butuh banyak relasi dimanapun saya berada.
Saya berkenalan dan berteman dengan salah seorang mahasiswa lokal Jauhari Wright, orangnya sangat baik. Kami banyak bertukar pikiran dan saling memberi opini tentang sudut pandang negara masing-masing, baik dalam konteks refugee maupun hal lainnya.
Selain kuliah dan mencari teman, kami juga sempat mengunjungi Mitchell Street. Ini adalah pusat kota Darwin. Di sini, kami membeli beberapa cenderamata untuk sanak saudara kami di indonesia.
Saya juga sempat berjalan kaki menuju pantai Casuarina, karena memang tempatnya relatif dekat dengan gedung tempat kami tinggal. Pantai ini dikenal juga sebagai tempat konservasi buaya air asin. Karenanya, ada larangan untuk berenang terlalu dalam di laut.
Kami juga pergi ke Gedung Parlemen dan Pengadilan serta Mahkamah Agung negara bagian Kawasan Utara Australia. Kunjungan ini dilakukan untuk mendalami bagaimana tata cara dan prosedur membuat undang-undang yang dilakukan anggota parlemen, yang telah dipilih oleh rakyat. Kami juga mempelajari bagaimana prosedur peradilan pidana dan perdata dari mahkamah agung itu sendiri.
Saya senang sekali bisa diberi kesempatan duduk di tempat hakim ketua di ruang sidang di gedung mahkamah agung, bangga rasanya.
Di Darwin, saya sempat juga diajak berkeliling oleh teman-teman baru ke beberapa tempat yang sering dikunjungi, seperti Waterfront Beach. Pantai ini adalah pantai buatan yang sengaja dibuat sebagai daya tarik tersendiri bagi kota Darwin. Lalu kami juga pergi ke Pantai Nightcliff. Di sini, warga bisa memancing. Semua pantai sangat bagus, terawat dan sangat direkomendasikan untuk dikunjungi.
Berkunjung ke tempat-tempat penting seperti ini membangkitkan semangat saya untuk terus maju belajar dan menuntut ilmu. Memang ilmu yang kami dapat itu dari negeri orang, tapi bukan berarti tidak bisa diimplementasikan di indonesia kan?
Ingin rasanya suatu saat bisa bersekolah di negara bagian manapun di Australia, entah Darwin, Queensland atau manapun. Nanti setelah mendapatkan ilmunya, saya pulang untuk membangun Indonesia lebih baik lagi. Terkesan mudah diucapkan tapi sulit untuk dilakukan, tapi saya yakin jika ada niat dan Tuhan merestui, kita pasti bisa.
Terima kasih Darwin atas pengalamannya seminggu ini, biar hanya sebentar tapi itu lebih berharga dari apapun. Ilmu dan pengalaman yang didapatkan akan saya implementasikan sebaik-baiknya dalam kehidupan saya saat ini, maupun di masa depan.
*Tulisan ini adalah pendapat pribadi Bram Purwadi, mahasiswa dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.