Tak Komersil, Perusahaan Farmasi Enggan Produksi Obat Anti-Ebola
Dokter Australia yang bertugas di Organisasi Kesehatan Dunia ‘WHO’ untuk penanganan Ebola mengatakan, perusahaan farmasi tak tertarik berinvestasi untuk memproduksi obat bagi penyakit mematikan ini.
Rick Brennan mengungkapkan, hanya ada sedikit insentif bagi perusahaan farmasi jika berinvestasi dalam obat anti-Ebola, karena kelangkaan penyakit ini dan fakta bahwa mayoritas korbannya ada di Afrika.
“Ketika anda memproduksi obat untuk penyakit yang jarang terjadi seperti Ebola…itu tak ada pasarnya, jadi tak ada prospek komersilnya,” sebut Rick.
Merujuk ke ‘pertimbangan komersil’, Dr. Rick mengatakan bahwa ‘selama ini, belum ada banyak investasi terhadap penyakit yang mempengaruhi masyarakat di daerah tropis’.
"Ini memprihatinkan", katanya, bahwa perusahaan farmasi ‘memprioritaskan investasi ke obat yang memiliki potensi komersil’.
Dr Rick juga mengeluhkan respon lambat masyarakat internasional terhadap wabah di Afrika Barat ini, yang telah menewaskan lebih dari 5.000 orang.
"Semua negara seharusnya bisa bertindak cepat," kemukanya.
Pemerintahan Tony Abbott telah mengalokasikan 20 juta dolar bagi sebuah perusahaan swasta untuk membangun rumah sakit lapangan di Sierra Leone.
Dr Rick bersikap kritis terhadap tanggapan beberapa negara terhadap wabah ini, menyatakan bahwa penutupan perbatasan adalah "ide yang buruk."
"Bukti menunjukkan, tindakan-tindakan itu tidak efektif, bahwa mereka mengalihkan sumber daya dari apa yang perlu dilakukan, dan bahwa mereka bisa terkena konsekuensi yang tidak diinginkan," jelasnya.
Ia menambahkan, "Kadang-kadang pemerintah membuat keputusan berdasarkan alasan lain selain ilmu pengetahuan dan bukti lapangan."
Sekarat dari Ebola adalah masalah yang buruk. Kebanyakan orang meninggal karena dehidrasi berat dan kegagalan organ seperti mengalirnya darah dari bola mata dan lubang hidung mereka.
"Ini bisa menjadi kematian yang sangat tidak nyaman dan menyakitkan," ujar Dr Rick.
Ada sejumlah vaksin eksperimental yang tengah dikembangkan.
Yang paling terkenal adalah obat yang dibuat oleh perusahaan bioteknologi kecil di Amerika Serikat, yang digunakan untuk menyelamatkan nyawa beberapa orang Amerika yang terkena infeksi penyakit tersebut.
Tapi memproduksi obat tersebut dalam volume besar akan memakan waktu.
Sementara itu, ada upaya-upaya untuk mempercepat dua vaksin.
Ada juga upaya untuk mengambil plasma sarat-antibodi dari korban Ebola yang selamat dan menyuntikkannya ke mereka yang masih sakit.
Dalam semua kasus, dibutuhkan waktu beberapa bulan lagi untuk produksi obat skala besar.
Menurut Dr Rick, lamanya waktu yang dibutuhkan, menyoroti lambatnya investasi perusahaan farmasi.
"Kita perlu mengatasi kesenjangan ini," ujarnya mantap.