Gangguan Trauma Pasca Konflik Picu Banyak Veteran Dipenjarakan
Ada kekhawatiran stres pascatrauma di antara para veteran Australia menyebabkan meningkatnya jumlah personil militer yang pulang bertugas di daerah konflik terlibat kasus hukum dan dipenjarakan.
Salah satu kelompok dukungan bagi paar veteran perang meyakini saat ini diperkirakan ada lebih dari 500 orang veteran yang dipenjarakan di seluruh Australia.
Namun angka itu masih belum dapat dipastikan, karena saat ini belum ada lembaga yang mendata apa yang terjadi pada para tentara veteran ketika mereka kembali ke rumah pasca bertugas.
Beau King, 31, merupakan veteran konflik Irak dan Afghanistan dan pada hari pertama bertugas kawannya Michael Lyddiard menginjak ranjau.
"Itu merupakan trauma terbesar bagi saya, itu merupakan hari yang tidak pernah bisa saya lupakan, cukup sudah!, saya sudah tidak mampu lagi menanggung trauma psikis ini," kata King dalam program 7.30 ABC.
Pasca menyaksikan insiden itu, King menderita Gangguan Trauma Pasca Konflik (PTSD) setelah ia kembali ke Australia dan tidak berobat.
Sebaliknya, King justru memutuskan berhenti dari dinas kemiliteran dan kembali menjadi warga sipil dan kehidupannya menjadi tidak terkontrol.
"Tingkat kemarahan saya sangat tinggi, saya sudah banyak sekali terlibat dalam perkelahian, dua minggu berturut-turut mata saya lebam terkena pukulan, kepala saya sampai harus dijahit ..saya bolak balik terlibat dalam perkelahian,' ungkapnya.
"Dan itu menjadi periode dalam hidup saya dimana keluarga saya sampai tidak lagi mengenali diri saya ..karena saya terus berkelahi dan mabuk-mabukan,"
"Mekanisme yang sering dilakukan para veteran untuk mengatasi trauma konfliknya dalah dengan minum-minuman keras atau kecanduan narkoba," katanya.
Pengacara papan atas dan mantan hakim Brian Deegan telah menangani puluhan veteran selama 35 tahun berkarir dibidang hukum.