India Susul Prancis sebagai Negara Peminum Wiski Terbanyak di Dunia
Apa yang terlintas dalam pikiran Anda saat mendengar kata 'India'? Mungkin makanan khasnya, yakni kari, atau olahraga kriket dan film India yang penuh warna. Tapi pernahkah terbayang jika wiski juga populer di India?
Meskipun alkohol dilarang oleh sebagian besar agama India, dan dilarang di Gujarat, warga India telah lama menyukai minuman asal Skotlandia ini.
Konsumsi wiski di India sudah meroket lebih dari 200 persen dalam dekade terakhir.
India bahkan menyusul Prancis tahun ini sebagai pembeli wiski terbesar di dunia berdasarkan volume, menenggak lebih dari setengah wiski dunia, yakni 1,5 miliar liter!
Terlepas tidak sesuai dengan nilai-nilai tradisional, banyak anak muda di perkotaan India menikmati budaya minum.
Desainer grafis Rukminee Guha Thakurta adalah salah satu dari jutaan profesional muda yang kini menikmati minuman beralkohol.
"Ini trend," kata Guha Thakurta.
"
"Ekonomi telah terbuka, pasar telah terbuka, dan ada beberapa merek baru yang tersedia, dan orang-orang sangat menikmati budaya [minum] ini."
"
Menurut Hemanth Rao, dibandingkan dengan daerah pedesaan, daerah perkotaan sudah berkembang lebih cepat dalam memandang soal konsumsi alkohol.
"Saat ini ada lebih banyak kedewasaan dan penerimaan di masyarakat tentang konsumsi alkohol, termasuk di kalangan perempuan," katanya.
Guha setuju, menurutnya, meski budaya minum alkohol di India sangat identik untuk laki-laki, ayahnya juga mengizinkannya mencicipi minuman yang berbeda, termasuk wiski.
Wiski di Bollywood
Sementara Scotch adalah wiski andalan Inggris, orang India pada awalnya tidak menyukai minuman tersebut.
Mereka lebih memilih minuman keras lokal, yang dikenal dengan nama desi deru, seperti toddy atau arak, atau bhang (ganja).
Pada tahun 1894, British Hemp and Drugs Commission mengeluarkan laporan yang mengklaim bahwa Scotch lebih aman daripada desi deru atau ganja.
Setelah itu, elit India yang kebarat-baratan mulai minum wiski juga.
Wiski disebut-sebut sebagai minuman yang prestisius, modern, dan canggih, terutama dalam film Bollywood.
Sementara itu, peminum wiski yang sebelumnya digambarkan antagonis dan tragis, kini digambarkan sebagai tokoh yang macho saat meminumnya.
Sebuah studi dari Indian Journal of Psychiatry of Bollywood yang meneliti film bollywood dari tahun 1960 hingga 2010 menemukan film tahun 2001 tahun 2020 memiliki adegan terbanyak yang menampilkan bintang film menikmati Scotch di klub dan bar, termasuk perempuan.
Studi itu menyimpulkan film yang dibuat dari tahun 2001 "memiliki proporsi terbesar adegan dengan karakter 'positif' yang menggambarkan penggunaan alkohol, dan adegan yang menggambarkan tokoh utama perempuan yang menggunakan alkohol. Ada kecenderungan yang meningkat terhadap penggambaran alkohol yang berhubungan dengan karakter positif untuk kesenangan dan relaksasi."
Tapi, meski banyak merek wiski di India seperti Bagpiper, Royal Stag, 100 Pipers, Peter Scot atau McDowell yang terdengar seperti produk Skotlandia, mereka sebenarnya adalah "minuman keras asing buatan India".
Minuman-minuman tersebut terbuat tebu, terkadang dicampur dengan Scotch asli, dan dikemas dalam botol.
Hal ini dilakukan India untuk menyiasati tarif sebesar 150 persen untuk minuman keras impor.
Secara nilai ekspor, India juga pasar ekspor Scotch terbesar setelah Amerika Serikat.
Nilainya meningkat tiga kali lipat selama dekade hingga 2019, dan meningkat sebesar 60 persen dari 2021 hingga 2022.
Namun, gelombang baru 'single malt', atau wiski murni tanpa campuran, premium buatan India kini semakin populer di kalangan peminum muda yang tidak lagi menganggap produk impor lebih baik dari produk buatan dalam negeri.
"Saya sudah mencoba beberapa single malt India," kata Guha.
"Saya bukan penikmat, jadi saya tidak tahu pasti apa alasan menyukainya atau bagaimana membandingkannya dengan Scotch," ujarnya,
"Tapi saya lebih menyukai single malt India daripada, katakanlah, buatan Jepang."
Diproduksi oleh Hellena Souisa dari artikel yang selengkapnya bisa dibaca di sini.