Vanuatu Jadi Negara Pasifik yang Akan Memasuki Pasar Global Ganja Medis
Vanuatu menjadi salah satu negara pertama di Pasifik yang mengizinkan penanaman ganja untuk kesehatan, setelah adanya undang-undang yang mengatur impor, penanaman dan pengembangan ganja dalam skala industri.
Ini akan membuka jalan bagi Vanuatu untuk masuk ke pasar global ganja.
Beberapa kalangan mengatakan tanaman ganja ini bisa menjadi komoditas utama bagi warga lokal.
Pemerintah Vanuatu sudah mengeluarkan setidaknya kepada lima lisensi bagi pebinsis penanaman ganja medis, yang masing-masing berlaku 10 tahun.
Dua untuk menanam ganja medis dan tiga untuk produksi 'hemp', atau ganja rami, yang harga satu lisensi mencapai lebih dari Rp12 miliar.
Mereka yang mendapatkan lisensi nantinya juga harus memperpanjang lisensi setiap tahunnya dengan membayar jumlah uang yang sama.
Tanaman ganja untuk medis paling banyak digunakan untuk mengobati penyakit kronis, selain bisa juga menangani gangguan kecemasan, gejala yang berhubungan dengan kanker, epilepsi, gangguan tidur dan 'multiple sclerosis' (MS).
'Hemp' memiliki kandungan zat psikoaktif tetrahydrocannabinol lebih rendah dan bisa digunakan dalam produk seperti tali, pakaian, sepatu, makanan, kertas, bioplastik, insulasi dan biodisel.
Direktur Jenderal Departemen Pertanian Vanuatu, Moses Amos, mengatakan kebijakan tersebut dilakukan untuk mendorong investasi asing di Vanuatu.
"
"Pemerintah khususnya memfokuskan diri pada sumber daya alternatif yang bisa kita gunakan dan salah satunya adalah tanaman ganja rami, dan ganja untuk medis," katanya kepada jaringan televisi lokal VBTC.
"
"Ini sumber potensial yang bisa kita gunakan dan kembangkan menjadi komoditas ekspor dan mendatangkan devisa."
Industri berisiko tinggi
Untuk mengurangi tingginya risiko yang berhubungan dengan industri ganja, pemerintah Vanuatu mengatakan hanya akan memberikan lisensi bagi perusahaan yang sudah memiliki pengalaman sedikitnya 10 tahun di bidang tersebut.
Ini artinya hanya perusahaan asing yang berasal dari negara yang sudah lama memiliki industri ganja yang layak melakukannya, seperti perusahaan asal Amerika Serikat.
Namun keputusan ini masih menjadi kontroversial, karena penggunaan ganja untuk rekreasi di Vanuatu masih ilegal dan menciptakan stigma sosial bagi penggunanya.
Mantan anggota polisi Isso Kapum mengatakan dulu ia bertugas mengejar kriminal yang menggunakan atau menjual ganja secara ilegal.
Tapi sekarang dia berharap bisa mendapatkan lisensi menanam ganja di Tanna, salah satu pulau di bagian selatan.
Ia percaya hal ini bisa meningkatkan kesejahteraan warga di sana.
"
"Saya merasa ini adalah hal yang berguna bagi pulau-pulau di bumi bagian selatan," katanya.
"
"Di sini kami harus bisa mengidentifikasi produk yang diminati, produk yang memiliki nilai dan produk yang bisa membantu kesejahteraan."
Isso mengatakan pertemuannya dengan pemilik resor asal Australia, Andrew Smith, yang membuatnya tertarik untuk terlibat dalam bisnis penanaman ganja dan 'hemp'.
Bersama-sama mereka membentuk Tafea Industries, perusahaan pengembangan ganja dan 'hemp', yang akan berlokasi di Tanna, jika mereka mendapatkan lisensi dari pemerintah.
Andrew mengaku keduanya hampir diusir oleh warga desa ketika pertama kalinya menyampaikan ide mereka.
"Reaksi yang kami terima sangat buruk," katanya.
"Namun ini juga seperti membuka pikiran dan menunjukkan peluang."
"Setelah perlahan kami menjelaskan satu per satu, mereka mulai melihat kesempatan untuk menanam, kesempatan untuk produk-produk turunannya."
Dia mengatakan Tafea Industries sekarang mendapat dukungan dari para kepala suku di pulau tersebut, yang juga akan mendapatkan saham dalam perusahaan dan percaya penerbitan lisensi penanaman ganja untuk medis akan jadi 'peristiwa bersejarah" di Vanuatu.
Masa lalu yang kontroversial
Sebelumnya, Vanuatu, seperti negara-negara lain di Pasifik, menyatakan penanaman ganja sebagai hal ilegal.
Tapi di tahun 2018, pemerintah Vanuatu terlibat dengan perusahaan ganja medis dari Amerika Serikat, yakni Phoenix Life Sciences yang dipimpin Martin Tindall, lalu kemudian semuanya berubah.
Phoenix Life membuat rencana untuk mengembangkan obat berbahan ganja untuk menangani diabetes, serta sudah memiliki persetujuan yang tidak mengikat dengan pemerintah untuk menangani pasien kanker di rumah sakit.
Tidak lama setelah itu, pemerintah mengubah Undang-undang Obat-Obat Berbahaya dengan mengizinkan penanaman ganja secara komersial, yang disetujui di tahun 2021.
Martin ditahan di Amerika Serikat tahun 2019 terkait kasus penipuan, namun menurut keterangan yang diperoleh ABC, ia bermaksud kembali ke Vanuatu untuk melakukan penanaman ganja setelah mengaku bersalah dan dibebaskan dari penjara.
Pemerintah Vanuatu yang sekarang sudah mengambil jarak dengan Phoenix Life Sciences.
Moses Amos dari Departemen Pertanian Vanuatu mengatakan aturan yang ada sekarang tidaklah "dipengaruhi" oleh perusahaan tersebut.
"
"Undang-undang baru ini utamanya digerakkan oleh para pelaku kami di Vanuatu," katanya.
"
"Perusahaan Phoenix bergerak di luar jangkauan aturan yang ada sekarang."
Kekhawatiran masalah sosial
Meski ada jaminan dari pemerintah, beberapa kalangan di Vanuaru merasa skeptis dengan pengembangan industri ganja medis dan 'hemp'.
Sam Naiu dari Kantor Pertanian provinsi Tafea di Tanna mengatakan meski Vanuatu akan mendapatkan devisa, ia khawatir akan ada penyalahgunaan ganja.
"Dari sisi sosial, saya kira ini keputusan berbahaya yang dibuat oleh pemerintah," kata Sam.
"Ketika kita tidur di malam hari, seseorang bisa masuk dan mencuri tanaman tersebut."
Dia menyarankan pemerintah menggunakan lahan di tempat terpencil terlebih dahulu yang jarang penduduk.
"
"Jangan lakukan di Tanna duluan, lakukan di tempat yang mudah diawasi di mana keamanan ketat dan produksi aman."
"
Potensi jadi pemain global
Negara-negara Pasifik lain juga sedang mempertimbangkan untuk mengikuti langkah Vanuatu.
Cook Islands sudah menyetujui penggunaan ganja medis dalam referendum tahun 2022 dan sebuah tim kementerian sedang mengkajinya.
Di tahun 2014, Guam menjadi kawasan di Amerika Serikat pertama yang mengizinkan penggunaan ganja medis dan di tahun 2019 mengizinkan penggunaan ganja untuk kegiatan lain.
Namun diperlukan waktu bertahun-tahun bagi bisnis lokal untuk mendapatkan izin penanaman karena lisensinya baru disetujui beberapa bulan lalu.
Charlie Hermosa dari Bella Wings Aviation di Guam sudah mengajukan lisensi untuk mengirimkan ganja menggunakan 'drone'.
Dia mengatakan industri baru ini akan memungkinkan Pasifik menjadi pemain global dalam soal produksi ganja medis, sehingga tidak akan lagi mengandalkan pemasukan dari kedatangan turis.
"Saya kira, dengan situasi perekonomian global saat ini, kami berusaha melakukan kegiatan ekonomi berkelanjutan di luar apa yang sudah dilakukan selama ini di sini," katanya.
"Kami akan menjadi pasar utama menciptakan situasi di mana kami bisa mengatakan 'Datanglah, Guan memiliki banyak ganja yang bagus'," ujarnya.
Dengan semakin banyak negara di Pasifik ingin masuk ke pasar ganja medis, Charlie melihat peluang menciptakan jaringan bisnis trans-Pasifik, termasuk Vanuatu.
"Saya ingin sekali berbicara dengan pemerintah di sana untuk melihat apakah ada peluang."
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari ABC News