ABC

Pemerintah Australia Akui Sistem Migrasi yang ‘Rusak’ dan Visa yang Rumit

Menteri Dalam Negeri Clare O'Neil mengatakan sistem migrasi Australia "rusak" dan "terbelakang". Menurutnya perlu ada perombakan yang mendasar dan "penyederhanaan besar-besaran".

Clare menyesalkan adanya pemberian izin tinggal permanen yang jumlahnya kini kalah dengan pemberian visa sementara.

Ia mengatakan ini diakibatkan oleh kelalaian dan kurangnya perencanaan dan strategi selama bertahun-tahun.

"Sistem migrasi kita telah mengalami pergeseran selama satu dekade terakhir," katanya di ajang pertemuan puncak tenaga kerja AFR di Sydney.

Sistem migrasi Australia juga dinilainya "rusak, tidak strategis, rumit, mahal, dan lambat."

"

"Sistem ini tidak berguna bagi bisnis, bagi migran, dan bagi negara."

"

Clare mengatakan perlu adanya reformasi struktural "dalam ukuran dan ruang lingkup yang sangat signifikan", sehingga bisa menyeimbangkan program migrasi sementara dan permanen.

Ia juga mengatakan sistem administrasi yang kompleks perlu diperbaiki, karena sistem yang ada membuat Australia menjadi "tujuan yang tidak menarik" bagi calon migran.

"Migran berkualitas tinggi yang diperebutkan dunia hari ini, harus tertunda kedatangannya akibat birokrasi di Australia, sementara mereka menerima perlakuan 'karpet merah' saat bermigrasi ke negara lain," katanya.

"Kami tidak bisa membiarkan ini terus terjadi. Dan pemerintahan kami tidak bermaksud demikian."

"Kami harus menyederhanakan aturan-aturan seperti itu dan mengurangi kerumitan, sehingga tidak ada lagi yang namanya 'diagram spageti'."

Migrasi berperan penting dalam menumbuhkan perekonomian Australia, yang sudah menyelamatkan Australia dari resesi selama hampir 30 tahun lamanya.

Namun jumlah migran yang mendapatkan izin menetap di Australia hanya mencapai sekitar 30.000 per tahun dalam dua dekade terakhir, sementara pemegang visa sementara berkembang menjadi 1,9 juta orang.

"Kami memiliki sistem yang cukup mundur ke belakang," katanya.

"Relatif mudah bagi migran dengan keterampilan terbatas dan visa sementara untuk datang ke Australia, tetapi sulit dan lambat dan tidak terlalu menarik bagi migran berketerampilan tinggi untuk bisa datang dan menetap di sini."

"

"Ketergantungan pada migran dengan visa sementara yang kita miliki saat ini memiliki konsekuensi sosial dan ekonomi yang sangat besar bagi negara."

"

Prioritas merombak program migrasi

Clare mengatakan pemerintah Australia sedang mempertimbangkan "delapan perubahan besar" yang akan mendorong model baru untuk migrasi.

Model tersebut akan dibuat berdasarkan penetapan "definisi yang jelas tentang mengapa sistem migrasi perlu diadakan."

Menurutnya perubahan yang direncanakan nanti tidak bermaksud "mendatangkan lebih banyak migran", tetapi diharapkan memudahkan kerja sama dengan tiap-tiap pemerintah negara bagian untuk mengoordinasikan kebutuhan infrastruktur dan perumahan, serta mendorong migran berketerampilan ke wilayah regional dan bekerja di usaha-usaha kecil.

Menurutnya, pemerintah perlu "secara aktif menjual" Australia kepada para migran dan memanfaatkan potensi mahasiswa internasional.

"

"Kami perlu mengoordinasikan dan mengintegrasikan kebutuhan pasar tenaga kerja, sistem pelatihan dan sistem pendidikan serta sistem migrasi dengan lebih baik," kata Clare.

"

"Kami harus mengembangkan potensi migran, dengan mengakui keterampilan mereka ketika mereka tiba [di Australia]."

Pada November tahun lalu, pemerintah menghendaki adanya peninjauan sistem migrasi, yang dipimpin oleh mantan sekretaris Departemen Perdana Menteri dan Kabinet, Martin Parkinson.

Clare meminta "dokumen arsitektur" bisa selesai pada bulan April dan tinjauan tersebut dijadikan sebagai panduan konsultasi "terkonsentrasi" sebelum keputusan akhir dapat dibuat dan diterapkan.


Diproduksi oleh Natasya Salim dari laporan dalam bahasa Inggris