Makin Dewasa, Makin Sulit Tertawa? Ini Penyebabnya!
Hai, Smart Viewers! Berapa usiamu saat ini? Apakah kamu merasa mulai jarang tertawa lepas? Jika iya, mungkin artinya kamu sedang melalui fase dewasa! Padahal, tertawa adalah salah satu cara termudah untuk membuat diri kita lebih santai dan bahagia.
Bahkan, banyak orang-orang yang ingin kembali ke masa kanak-kanak karena merasa bahwa masa tersebut lebih menyenangkan dibanding masa-masa saat dewasa. Menurunnya presentase orang dewasa yang tertawa ini juga cukup banyak dibuktikan dalam beberapa penelitian loh, Smart Viewers!
Kira-kira apa saja ya hasil penelitiannya? Di bawah ini, BINUS TV akan merangkum beberapa penelitian mengenai penyebab mengapa orang dewasa makin sulit untuk tertawa. Simak selengkapnya di bawah ini ya, Smart Viewers!
- Dunia Kerja
Berdasarkan buku berjudul “Humour, Seriuously” dari penelitian Jennifer Aaker yang merupakan seorang profesor psikologi di Stanford Graduate School of Nusiness dan Naomi Bagdonas yang merupakan seorang dosen, menguraikan survei yang melibatkan 1,4 juta orang dari 166 negara yang mengukur berapa kali mereka tertawa. Dan hasil tersebut menunjukan bahwa seseorang mulai jarang tertawa atau tersenyum pada usia rata-rata 23 tahun.
Dalam penelitian ini juga meyakini bahwa penurunan intensitas tertawa orang dewasa disebabkan oleh dunia kerja. Pernyataan ini dibuktikan dengan hasil survei yang dilakukan dari 700 responden dengan latar pekerjaan yang berbeda-beda. Hasilnya mengungkapkan bahwa konsep humor atau tertawa saat bekerja sebagai antitesis dari sikap profesional. Hal ini karena seseorang jarang tertawa saat bekerja karena membutuhkan keseriusan.
Dari anggapan tersebut, membuat orang-orang yang sedang berada dalam kondisi profesional dalam bekerja kerap membentengi diri dan enggan menunjukan sifat jenaka mereka. Sebagian lainnya juga berpendapat bahwa humor tidak memiliki tempat di kondisi serius saat bekerja.
- Quarter Life Crisis (QLC)
Dari penelitian di atas juga cukup memiliki kaitan erat terhadap fase Quarter Life Crisis (QLC) yang kerap kali dialami selama masa dewasa di usia 18 hingga 30 tahun. Kondisi ini merupakan masa dimana seseorang mulai memikirkan masa depan. Pada fase ini, seseorang cenderung merasakan perasaan yang negatif, seperti stres, sedih, hingga depresi.
Dalam jurnal yang berjudul “Examining the Phenomenon of Quarter-Life Crisis Through Artificial Intelligence and the Language of Twitter” (2020) menganilisis 1,5 juta cuitan 1.400 pengguna di Inggris dan Amerika. Dalam cuitan tersebut menunjukan bahwa mereka terfokus pada masa depan dengan perasaan campur aduk, seperti terjebak, keinginan dalam perubahan karir, pendidikan, dan keluarga.
- Trauma
Salah satu penyebab orang dewasa lebih sulit untuk tertawa adalah perasaan trauma. Seseorang yang mengalami trauma dalam hidupnya di masa lalu akan lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengembalikan suasana hatinya menjadi lebih baik untuk mengatasi trauma tersebut. Dalam kondisi ini, seseorang akan memiliki potensi untuk mengalami gangguan kesehatan mental, diantaranya seperti bipolar, kizoafektif, ataupun skizofrenia keadaan ini juga membuat seseorang cenderung jarang tertawa, atau bahkan tersenyum.
Smart Viewers, meskipun tertawa adalah cara sederhana untuk membuat seseorang bahagia, namun pada kenyataannya tertawa memang cukup sulit dilakukan. Faktanya, tertawa memiliki manfaat yang luar biasa. Karena saat tertawa, kadar hormon endorfin dalam tubuh akan meningkat, sehingga dapat mengurangi stres dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Selain itu, tertawa juga dapat mempromosikan pertukaran oksigen dengan karbondioksida, yang mana dapat membantu membersihkan saluran udara dan membuat otot serta sendi menjadi rileks terutama setelah menghadapi tekanan pada pekerjaan.