‘Kami Tak Dapat Subsidi’: Banyak Operator Tur dan Travel di Bali Gulung Tikar
Sudah banyak tantangan yang dialami Putu Eka Juliawan selama bertahun-tahun mengoperasikan usaha rental mobil di Denpasar, Bali.
Namun ia tak pernah membayangkan dampak pandemi COVID-19 seperti saat ini.
“Sepi. Pariwisata sekarang sepi. Cuma kadang ada orang-orang Jakarta yang datang,” ujarnya.
“Cuma mereka ini diperketat ya, harus di-swab, mungkin maksud pemerintah supaya penyebaran COVID-19 bisa diatasi,” kata Putu Juliawan kepada wartawan ABC Indonesia Farid M. Ibrahim, Selasa (16/02).
Apalagi Bali saat ini sedang menjalani perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sejak 9 hingga 22 Februari.
“Ini perpanjangan yang ketiga kalinya sejak bulan Januari. Sepi sekali Bali ini,” kata Putu Juliawan.
Putu memiliki 25 armada mobil yang siap disewakan melalui Bali Citra Medina.
Di awal pandemi, Maret hingga Juli tahun lalu, ia mengaku mendapatkan fasilitas keringanan pembayaran kredit dari bank.
“Dan sejak Agustus, turis domestik mulai datang lagi. Pada Oktober makin sibuk sampai akhirnya ditutup lagi pada Desember lalu. Sampai sekarang,” jelasnya.
‘Koridor bebas COVID-19’
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Sandiaga Uno pekan ini menyatakan pihaknya sedang menjajaki kemungkinan membuat koridor penerbangan internasional ke Bali dari negara-negara yang berisiko rendah dan negara yang telah melaksanakan program vaksinasi COVID-19.
Menurut laporan kantor berita Antara, Menteri Sandiaga menjelaskan syarat bagi turis asing yang ingin datang ke Bali adalah bebas COVID-19 dan mereka akan dites begitu tiba di Bandara I Gusti Ngurah Rai.
Meski belum memastikan kapan “koridor bebas COVID-19” mulai berlaku, Menteri Sandiaga menyatakan turis yang datang ke Bali tanpa surat keterangan bebas COVID, akan diwajibkan menjalani karantina hotel selama 10 hingga 14 hari atas biaya mereka sendiri.
Baru setelah itu, katanya, para turis ini boleh menjalani liburannya dengan menaati protokol kesehatan yang berlaku.
Rencana untuk membuka kembali Bali bagi turis internasional pada 1 Deseber 2020 sudah digaungkan oleh pemerintah RI tahun lalu namun tidak pernah terlaksana.
Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (ASITA) Bali, I Komang Takuaki Banuartha menyatakan pihaknya sejak tahun lalu sudah siap bila para turis internasional dibolehkan datang kembali ke Bali.
“Itulah yang menjadi harapan kami selama ini, dan Pak Menteri tentunya telah meminta masukan dari semua pihak termasuk Menko Maritim, Menkes, dan yang lainnya,” ujar Komang Takuaki ketika dihubungi ABC, Selasa (16/02).
Ia menyebutkan, saat ini pihak terkait sedang mengusahakan vaksin sebanyak 1,2 juta dosis yang akan diperuntukkan bagi pelaku sektor pariwisata di Bali.
“Tujuannya agar para turis asing yang ingin datang ke Bali juga bisa merasa lebih aman menikmati liburan mereka,” katanya.
Komang Takuaki menjelaskan, ada 425 perusahaan perjalanan wisata yang terdaftar sebagai anggota ASITA Bali.
“Yang sementara tutup, mungkin sudah setengahnya,” ujar Komang.
“Jadi sangat signifikan sekali dampaknya,” ujar pengusaha yang meneruskan perusahaan travel orangtuanya yang berdiri sejak 1984.
Menurut Ketua ASITA Bali, sektor tur dan travel bisa pulih kembali namun sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah.
“Jadi subsidi perpajakan sudah diberikan kepada pihak perhotelan, namun kami di sektor perjalanan wisata belum mendapatkannya,” katanya.
Perusahaan Komang Takuaki sendiri hingga saat ini masih beroperasi dan stafnya masih masuk kantor dua kali dalam seminggu, melayani permintaan dari sedikit pelanggan yang masih tersisa, termasuk dari Jepang.
Komang Takuaki mengaku optimis keadaan pariwisata Bali akan pulih kembali suatu saat nanti, namun dampak pandemi ini kemungkin akan mengurangi pelaku usaha di sektor travel.
Tidak ada subsidi atau bantuan
Salah satu operator tur wisata di Bali Agus Zulkifli yang dihubungi ABC mengaku tidak pernah mendapatkan subsidi atau bantuan dari pemerintah selama pandemi berlangsung.
Agus yang bekerja secara independen biasanya melayani turis domestik dan internasional menyambut baik rencana pemerintah membuka kembali pintu Bali bagi turis dari negara-negara yang berisiko rendah COVID-19, termasuk dari Australia dan Selandia Baru.
Kedua negara ini menerapkan protokol kesehatan paling ketat di dunia dengan memberlakukan aturan lockdown ketat saat ada kasus baru, meski angka penularan dan kematian yang terbilang sangat rendah dibandingkan negara lain.
“Setahun ini pariwisata Bali boleh dibilang mati. Kecuali kemarin bulan Desember, turis lokal mulai datang lagi,” ujar Agus kepada ABC.
Namun, banyak dari turis lokal itu datang ke Bali dengan membawa kendaraan sendiri, mungkin dengan pertimbangan merasa lebih aman di tengah pandemi saat ini.
Hal itu, kata Agus, berdampak langsung pada kegiatan usahanya.
“Meski ada juga orang dari Jakarta yang meminta jasa kami dengan syarat agar kami menjalani tes COVID sebelum melayani mereka,” ujarnya.
“Saya sih tidak pernah mendapatkan bantuan atau subsisi selama pandemi ini,” kata Agus.
Ikuti informasi menarik lainnya di ABC Indonesia.