Tak Ada Lagi Polusi, Kapal Hidrogen Segera Berlayar
Pengembang di seluruh dunia melakukan pengujian hidrogen untuk bahan bakar kapal. Di saat industri maritim berlomba mencari teknologi ramah lingkungan, pemanfaatan hidrogen diyakini dapat digunakan secara komersial.
Untuk mencapai tujuan industri perkapalan yang ditetapkan oleh PBB, para pemimpin industri mengatakan kapal energi zero emission atau polusi nol harus mulai menjadi armada global pada 2030. Kapal yang menggunakan tenaga hidrogen diharapkan dapat membantu memenuhi target tersebut.
Bahan bakar hidrogen hijau bebas emisi diproses dengan memisahkan hidrogen dan oksigen dari air menggunakan listrik yang diperoleh dari pembangkit energi listrik terbarukan.
Hidrogen memiliki daya tarik bagi pengguna industri, termasuk pemilik kapal dan perusahaan minyak karena kepadatannya jauh lebih kecil dibandingkan bahan bakar lainnya, sehingga membuatnya lebih layak untuk digunakan kapal-kapal dengan pelayaran singkat.
Perusahaan minyak Royal Dutch Shell mengulangi komitmennya pada bulan lalu untuk menggunakan hidrogen yang dianggapnya sebagai energi yang potensial bagi industri kapal, dibandingkan dengan alternatif energi nol polusi lainnya.
Perusahaan pembuat kapal ABB yang bermarkas di Swiss sedang mengembangkan sistem sel hidrogen untuk kapal penumpang dan kargo. Salah satu proyeknya melibatkan pengembangan sistem tenaga dan propulsi berbasis sel untuk kapal yang berlayar di sungai Rhone, Prancis.
“ABB melihat kapal jarak dekat sebagai pengguna pertama teknologi sel bahan bakar ini,” kata Juha Koskela, Presiden Divisi ABB Marine & Ports.
Biaya hidrogen hijau
Menurut perkiraan perusahaan manajemen risiko DNV GL, harga bahan bakar hidrogen hijau sekitar 4-8 kali lebih murah dibanding harga bahan bakar minyak belerang. Harga jenis hidrogen lainnya ada yang lebih murah, tetapi diproduksi menggunakan bahan bakar fosil yang artinya tidak bebas emisi. Hidrogen hijau diperkirakan akan turun harga selama beberapa dekade mendatang karena biaya energi terbarukan dan elektroliser mengalami penurunan.
Christos Chryssakis dari DNV GL mengatakan butuh sekitar 20 tahun untuk membangun infrastruktur pengisian bahan bakar gas alam cair. Prosesnya bisa lebih cepat untuk hidrogen, tetapi dibutuhkan miliaran dolar untuk investasi itu.
Di Norwegia, regulasi dapat mempercepat proses tersebut. Dalam upaya mengurangi polusi udara, mulai tahun 2026 hanya kapal listrik yang diperbolehkan melintasi fjord Norwegia, yang merupakan warisan budaya UNESCO.
Perusahaan perancang dan galangan kapal yang bermarkas di Norwegia, Ulstein, tengah membangun kapal pendukung untuk sektor minyak lepas pantai, yang akan menggunakan hidrogen sebagai salah satu opsi bahan bakar.
“Daripada menunggu infrastruktur bunker hidrogen, kami memilih desain hibrida dalam peti kemas untuk tangki penyimpanan hidrogen,” kata Nick Wessels dari Ulstein. Perusahaan juga mengerjakan proyek hidrogen terpisah untuk kapal turbin instalasi angin, katanya.
Pengembangan tidak hanya ada di Norwegia
Compagnie Maritime Belge (CMB) Belgia telah membuat kapal antar-jemput penumpang bertenaga hidrogen pertama yang berlayar pada tahun 2017. Kepala Eksekutif CMB Alexander Saverys mengatakan pada tahun depan, perusahaannya akan menyediakan kapal feri tenaga hidrogen untuk Jepang – feri hidrogen pertama di Asia.
Sumber: DW Indonesia