Printer 3D Tampil di Expo Melbourne
Sejumlah organisasi periset dan para pebisnis dari seluruh Australia telah melangsungkan konperensi serta pameran dengan diberi judul Inside 3D Printing Expo pada tanggal 9 dan 10 Juli 2014 di Melbourne.
Sebuah proyek untuk mencetak mesin jet kecil merupakan upaya gabungan Monash University, Deakin University, CSIRO dan berbagai mitra bisnis.
Kemajuan kerja mereka itu ditayangkan di Eskpo Inside 3D Printing tersebut.
Peserta yang ikut termasuk produsen garmen dan suku cadang otomotif yang menggunakan pencetakan 3D sebagai bagian dari proses desain mereka.
Di antara yang dipamerkan itu adalah proyek untuk mencetak mesin jet yang dilakukan oleh Monash University dan Deakin University bersama dengan mitra bisnis mereka.
Peserta yang ikut termasuk produsen garmen dan suku cadang otomotif yang menggunakan pencetakan 3D sebagai bagian dari proses desain mereka.
Di antara yang dipamerkan itu adalah proyek untuk mencetak mesin jet yang dilakukan oleh Monash University dan Deakin University bersama dengan mitra bisnis mereka.
Expo Inside 3D Printing terdiri dari sekitar selusin peserta pameran di berbagai ruangan. (Foto: Simon Leo Brown)
RMIT memamerkan beberapa cetak rincidari Advanced Manufacturing Precinct-nya. (Foto: Simon Leo Brown)
Printer-printer yang dipamerkan harganya berkisar antara dua sampai lebih dari 440 ribu dolar. (sekitar 20 juta sampai 4,5 milyar rupiah)
Printer terbesar yang dipamerkan milik 3D Group yang memproduksi printer-printer rancangan Australia di Melbourne.
Perusahaan tersebut berencana menjual printer-printer 1,8 metter persegi yang mereka klaim sebagai printer terbesar serupa itu di dunia, dengan harga sekitar 90 ribu dolar (sekitar 900 juta rupiah).
Printer 3D besar dirancang di Australia dan diproduksi di Melbourne. (Foto: Simon Leo Brown)
Printer berwarna penuh paling mahal yang dipamerkan di Expo Inside 3D Printing, printer 26 micron-per-per lembar seharga 443 ribu dolar (Foto: Simon Leo Brown)
Teknologi 3D scanning juga dipamerkan.
File 3D yang di-scan, kemudian bisa dicetak ke dalam bentuk sesunguhnya
File 3D yang di-scan, kemudian bisa dicetak ke dalam bentuk sesunguhnya
Pemilik perusahaan garmen Saydul Alam berbicara dengan Joe Carmody setelah di scan kedalam model 3D digital. (Foto: Simon Leo Brown)
Berbagai teknologi cetak 3D yang dipamerkan, termasuk salah satu printer yang menggunakan kertas kantor standar.
Makalah ini dicetak, kemudian dipotong dan direkatkan lapis per lapis untuk menghasilkan model 3D penuh warna.
Teknologi ini sangat berguna untuk tujuan pemetaan, karena merupakan cara efektif untuk menghasilkan peta penuh warna sesuai permintaan.
Makalah ini dicetak, kemudian dipotong dan direkatkan lapis per lapis untuk menghasilkan model 3D penuh warna.
Teknologi ini sangat berguna untuk tujuan pemetaan, karena merupakan cara efektif untuk menghasilkan peta penuh warna sesuai permintaan.
Sebuah per yang dicetak menggunakan kertas kantor biasa dan melapisinya dengan lem. (Foto: Simon Leo Brown)
Teknologi ini dipromosikan sebagai sesuatu yang ramah lingkungan dari teknik cetak 3D lainnya.
Map topografi berwarna yang menggunakan kertas kantor biasa. (Foto: Simon Leo Brown)