Ketahui Fakta Unik Aneka Olahan Fermentasi di Dunia!
Unik dan khas menjadi identitas makanan fermentasi di Indonesia, karena hal itu hanya dapat ditemukan di Indonesia, beberapa diantara nya yang sudah familiar dan paling sering dikonsumsi sehari-hari oleh kita yaitu tempe, oncom, tahu, tauco, dan kecap. Bahkan di luar negeri, tempe dapat dikatakan sebagai identitas makanan fermentasi khas Indonesia dan memiliki nilai jual yang sangat jauh berbeda dari nilai pasar di Indonesia.
Bicara soal olahan makanan fermentasi, terdapat pula olahan lain yang tidak berasal dari Indonesia namun keberadaannya sudah tidak asing lagi untuk kita, yaitu yoghurt. Selain yoghurt, tanpa kita sadari ternyata ada banyak sekali makanan fermentasi dari negara lainnya di dunia yang unik dan menarik untuk diketahui. Simak informasinya di bawah ini yuk, Smart Viewers!
1. Kimchi (Korea)
Mewabahnya korean wave di Indonesia membuat kita mengenal ragam budaya dan segala hal yang ada di Korea, termasuk salah satu makanan fermentasi yang terkenal dalam drama, yaitu kimchi. Kimchi merupakan makanan yang terbuat dari sawi putih dan lobak yang difermentasi dengan air garam, kemudian dibumbui dengan bubuk cabai, dan bumbu lainnya hingga ke sela-sela lembar daun terdalam. Proses fermentasinya memakan waktu sekitar 2×24 jam atau hingga bumbunya menyerap sempurna.
Tidak hanya itu, kimchi juga memiliki fakta yang melengkapi keunikannya. Dikutip dari laman kumparanfood, ternyata terdapat lebih dari 187 jenis kimchi di dunia lho, Smart Vierwers! Selain itu, pada zaman dahulu kimchi hanya berwarna putih hingga pada abad ke-18, cabai bubuk diperkenalkan oleh bangsa Portugis. Karenanya, kini masyarakat menggunakan bubuk cabai dalam membuat kimchi. Proses fermentasi yang dilakukan pada zaman dahulu juga menarik, sebab pada zaman dahulu masyarakat tidak memiliki kulkas, sehingga prosesnya dilakukan di bawah tanah dengan menggunakan pot dan dibiarkan selama berbulan-bulan.
2. Hákarl (Islandia)
Dikutip dari Travelling Bisnis, keunikan olahan fermentasi khas Islandia ini terletak pada bahan utama yang digunakan, yaitu daging hiu greenland. Pada zaman dahulu, daging hiu di fermentasi selama 6 sampai 12 minggu dengan cara dikubur dalam tanah. Hal itu berguna untuk menetralisir racun yang terkandung di dalamnya. Setelah dikubur, daging hiu akan digantung hingga kering selama 4 sampai 5 bulan.
Hákarl terasa seperti keju yang sangat kuat. Namun, setelah dikunyah akan tercium aroma air seni yang juga sangat kuat. Hákarl berbau air seni, sebab hiu buang air kecil melalui kulitnya. Sehingga selama prosesnya, mulai dari persiapan hingga penyajian meninggalkan bau urin yang menyengat. Karena baunya yang sangat kuat, untuk menyantapnya disarankan pada ruangan terbuka dan sambil menutup hidung.
3. Natto (Jepang)
Belakangan, makanan ini sedang tren di media sosial karena keunikannya yang menarik perhatian publik. Natto merupakan olahan khas Jepang yang terbuat dari kacang kedelai yang di fermentasi dengan aroma amonia. Karena itu, natto menjadi unik sebab proses fermentasinya menghasilkan lendir yang lekat dan bau yang menyengat tajam. Faktanya, dikutip dari idntimes ternyata natto dibuat secara tidak sengaja setelah terjadinya perang pada masa Uesegi Kenshin di Jepang tahun 1.500-an. Saat itu, masyarakat baru menyadari kacang kedelai yang disimpannya telah membusuk dan berlendir, karena persediaan makanan terbatas akhirnya masyarakat terpaksa mengonsumsi kedelai yang disimpannya yang berlanjut hingga saat ini.
Dikutip dari laman Tribunnews, dahulu kala proses fermentasi kedelai natto dibungkus dalam jerami padi yang secara alami mengandung bakteri bacillus subtilis di permukaannya, sehingga bakteri memfermentasi gula yang terkandung di dalam kacang. Proses fermentasi natto memakan waktu sekitar 6 sampai 24 jam. Natto masa kini masih dibuat dengan cara yang sama, yaitu dengan merebus kacang kedelai hingga lunak, namun kini tidak lagi dibungkus dengan jerami padi. Kini, natto disimpan dalam wadah berongga di tempat yang lembab. Karena wadah penyimpanan dan fungsinya sudah berbeda, dalam keadaan hangat setelah ditiriskan kedelai diberikan bakteri bacillus subtilis untuk dapat memproses kacang kedelai menjadi natto.
4. Lahpet (Myanmar)
Lahpet merupakan makanan fermentasi khas Myanmar. Bahan utamanya adalah daun teh yang difermentasikan untuk campuran salad dan penyedap makanan. Lahpet dibuat dari sayuran segar yang dicampur daun teh. Makanan ini dapat dijadikan sebagai makanan pendamping nasi, cemilan, atau makanan pembuka. Dikutip dari laman merdeka, lahpet memiliki kandungan kafein yang tinggi. Sehingga umumnya masyarakat Myanmar mengonsumsi lahpet untuk meningkatkan konsentrasi.
5. Nem Chua (Vietnam)
Nem Chua merupakan olahan fermentasi yang unik dan khas dari Vietnam, karena pada umumnya untuk mengonsumsi daging, terlebih dahulu kita harus memasaknya. Namun, nem chua merupakan fermentasi daging babi yang dibumbui bawang putih cabai dan daun ketumbar dengan asam laktat tradisional khas Vietnam yang terdiri dari campuran daging babi tanpa lemak dan kulit dengan beberapa bahan aditif dan rempah. Proses fermentasi berlangsung selama 2 sampai 4 hari di suhu kamar dengan umur simpan sekitar 5 hari.
6. Chou Doufu (China)
Chou Doufu muncul pada 300 tahun yang lalu dan menjadi hidangan keluarga kekaisaran. Chou Doufu merupakan makanan yang akrab kita konsumsi, yaitu tahu. Namun perbedaannya, tahu pada chou doufu difermentasi hingga menghasilkan warna yang gelap dan memiliki rasa amonia yang tajam. Proses fermentasinya disimpan dalam rendaman susu selama berhari-hari sampai tahu kehitaman dan berbau busuk.
7. Surströmming (Swedia)
Surströmming dijuluki sebagai hidangan terbau di dunia. Bahan utama pembuatannya adalah ikan herring berbau amonia yang sangat tajam. Fermentasi ikan herring berlangsung selama satu bulan hingga menyebabkan kaleng berisi tekanan sampai bagian atas dan bawah kaleng membengkak, bahkan untuk membukanya harus dilakukan di bawah air agar tidak tumpah.
Uniknya, walaupun dijuluki sebagai hidangan terbau di dunia, ikan herring yang difermentasikan dengan baik dapat memiliki cita rasa khas yang pedas dan gurih. Umumnya surströmming dinikmati sebagai bahan pelengkap isi sandwich. Surströmming menjadi makanan pokok para petani dan bekal para penggembala, tetapi sekarang surströmming telah menjadi warisan kuliner dunia sebagai olahan fermentasi khas Swedia.
8. Tempoyak (Indonesia)
Tempoyak merupakan makanan asli Indonesia khas melayu dari pulau Sumatera yang terbuat dari buah durian. Uniknya, tempoyak dibuat guna mencegah limbah makanan saat musim durian. Tempoyak memiliki cita rasa yang asam karena hasil fermentasi dan umumnya digunakan sebagai campuran sambal atau bumbu penyedap masakan. Proses pembuatannya cukup mudah dengan hanya menyimpan campuran daging durian yang telah dihaluskan bersama garam ke dalam toples yang kemudian ditutup rapat dalam tempat yang lembab.
Smart Viewers, ternyata mengetahui aneka ragam olahan fermentasi yang unik dari berbagai negara di dunia membuat kita seperti travelling, ya! Sebenarnya selain tempoyak, di Indonesia sendiri masih banyak berbagai makanan fermentasi. Salah satu yang cukup terkenal dan sering dijadikan santapan cemilan adalah tape. Tape banyak digemari oleh beberapa orang karena memiliki cita rasa yang asam, manis, gurih, dan legit.
Selain disantap langsung, tape dapat dijadikan berbagai olahan. Salah satu resep yang mudah dibuat bisa kamu saksikan pada program BINUS TV bertajuk WEEKEND DISH episode “Resep Camilan Gabin Tape” pada link di bawah ini!
Temukan berbagai inspirasi resep olahan makanan lainnya di WEEKEND DISH yang tayang setiap hari Sabtu, pukul 10.00 WIB hanya di YouTube Channel BINUS TV!