Ternyata Ukuran Otak Pria Lebih Besar dari Otak Perempuan, tapi Otak Pria Belum tentu Berfungsi Lebih Baik dari Perempuan?

Ilustrasi Penelitian Otak.Sumber Ilustrasi: DW Indonesia
Ilustrasi Penelitian Otak.Sumber Ilustrasi: DW Indonesia

BINUS TV– Ternyata ukuran otak pria lebih besar dari ukuran otak perempuan. Kesimpulan itu diungkapkan tim peneliti dari Helmholtz-Forschungszentrum di kota Jülich Jerman yang meneliti struktur otak manusia.

Dikutip dari DW Indonesia, Dr. Susana Weis, peneliti dari lembaga tersebut menyatakan, meskipun ukuran otak pria lebih besar, tetapi tidak berarti otak pria lebih berfungsi lebih baik dari otak perempuan.

“Perbedaan struktur yang sangat jelas adalah ukurannya.Otak pria lebih besar daripada otak perempuan. Tapi itu tidak berarti, bahwa otak pria berfungsi lebih baik, lebih cepat atau bisa melakukan sesuatu dengan lebih baik,” papar Dr. Susan Weis.

Lebih lanjut Dr Susane Weis menjelaskan, sering orang mengutip hasil penelitian bahwa perempuan lebih baik dalam bidang bahasa, sedangkan pria unggul dalam hal ruang. Tetapi tegas Susane Weis, itu hanyalah sampel, dan tidak merepresentasikan gambaran sesungguhnya.

“Perbedaan antar otak orang berkelamin sama jauh lebih besar daripada antara pria dan perempuan. Memang orang kerap mengutip hasil penelitian sampel, bahwa perempuan lebih baik dalam bidang bahasa dibanding pria. Sedangkan pria lebih baik dalam hal ruang.Tapi orang tidak boleh lupa, itu kerap hanya sebuah sampel. Kalau misalnya diteliti sampel dari 20, 50 atau 100 orang, itu tidak merepresentasikan gambar sesungguhnya.”

Lalu bagaimana perbedaan kemampuan kognitif pria dan perempuan? Ribuan studi ilmiah berusaha untuk menemukan perbedaan signifikan antara kemampuan kognitif pria dan perempuan. Hasilnya menurut Weis menunjukkan jika perbedaan itu tidak ada.

Dr. Susanne Weis lebih lanjut mengungkap, sebetulnya, yang harus diperhatikan adalah tingkah laku dalam kehidupan nyata. Dan itu jauh lebih rumit, serta ditentukan lebih banyak faktor, dibanding fokus penelitian ilmuwan di laboratorium, yang menggunakan sampel sangat terbatas.

“Oleh karena itu, saya pikir kita harus meninggalkan upaya mencari perbedaan nyata, bahkan dari keinginan untuk membedakan, antara otak perempuan dan pria,” pungkas Dr Susane Weis.**

Muslikhin