La Nina Diprediksi Pengaruhi Pola Cuaca, Suhu Hingga 2021
Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) memprediksi pola cuaca La Nina akan berlanjut sampai Januari. La Nina akan membawa keadaan cuaca yang lebih kering dan lebih basah daripada keadaan normal pada bagian-bagian dunia yang berbeda.
Ramalan cuaca musiman yang terbaru memberikan indikasi bahwa La Nina akan mengakibatkan kondisi yag lebih kering daripada keadaan normal di sebagian Afrika Timur sekaligus, meningkatkan curah hujan di bagian selatan Afrika.
Sementara di bagian tengah Asia akan mengalami penurunan curah hujan di bawah normal lebih dini dari biasanya.
Organisasi Meteorologi Dunia (Meteorological Organization/WMO)melaporkan bahwa sebagian dari kepulauan Pasifik dan belahan utara dari daerah Amerika Selatan akan mengalami anomali curah hujan yang signifikan sehubungan dengan peristiwa La Nina tahun ini.
La Nina adalah fenomena pendinginan air permukaan laut sepanjang pesisir pantai Pasifik pada daerah tropis Amerika Selatan, yang terjadi rata-rata setiap dua sampai tujuh tahun.
Sebagian negara dan kawasan memang sangat rentan terhadap perubahan pola cuaca.
Ahli kemanusiaan WMO Gavin Iley mengatakan kepada VOA bahwa sebagian besar kawasan Tanduk Afrika merupakan daerah yang dikhawatirkan. Terutama karena wilayah tersebut kerap mengalami serangan hama belalang.
“Dan pada umumnya, model menunjukkan curah hujan di bawah normal untuk sebagian besar Tanduk Afrika Raya. Jadi jelas ini akan memiliki sejumlah dampak, pada daerah seperti Somalia. Jadi kita harus selalu mengawasi penemuan terbaru,” ujar Gavin.
WMO mengatakan pemerintah dapat menggunakan ramalan cuaca untuk merencanakan berbagai cara guna mengurangi dampak buruk pada sektor yang sensitif terhadap iklim seperti pertanian, kesehatan, sumber daya air, dan manajemen bencana.
Wakil Direktur Penanganan Pelayanan Iklim WMO, Maxx Dilley mengatakan bahwa para pemerintah dapat menggunakan peramalan La Nina untuk mengadaptasi strategi mereka terhadap pola cuaca yang berubah.
Dalam pertanian, misalnya, kata Maxx, ada sebagian tanaman yang tumbuh dengan baik dalam kondisi basah dan ada juga yang berkembang baik dalam kondisi kering.
“Dan ada praktik pengelolaan pertanian yang dapat disesuaikan untuk memperhitungkan apakah kondisi cuaca akan basah atau kering,” papar Maxx.
Maxx Dilley mengatakan bahwa WMO terus mencoba menyesuaikan prakiraan ini terhadap masalah-masalah khusus, seperti ketahanan pangan atau kesehatan manusia. Contohnya, ia mengatakan, kondisi basah dengan sendirinya tidak akan memicu wabah demam berdarah atau malaria. Menurutnya, suhu, kelembaban udara dan juga vegetasi yang dapat menciptakan kondisi bagi nyamuk untuk berkembang biak.
Jadi, daripada hanya sekedar memberikan ramalan curah hujan, ia mengatakan para ahli meteorologi akan memberikan ramalan-ramalan yang berhubungan dengan penyakit-penyakit tersebut dan dapat digunakan untuk mengendalikan penyebaran demam berdarah atau malaria.
Sumber: VOA Indonesia